bruno mars

http://dc357.4shared.com/img/595846117/69006477/dlink__2Fdownload_2FCDK-hEhz_3Ftsid_3D20110515-075943-419de077/preview.mp3

Senin, 07 Maret 2011

SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA

Sistem Komunikasi Indonesia Melalui Pendekatan Sosiologis

a. Tahapan Mistis
Pada tahapan ini manusia masih berada pada alam yang gaib. Segala sesuatu berhubungan dengan magis.
b. Tahapan Ontologis
Pada tahapan ini mulai masuknya pengetahuan sehingga sudah mulai berpikir secara logis dan masuk akal.Masyarakat mulai memanfaatkan alam untuk kepentingan bersama.
c. Tahap Fungsionalis
Pada tahapan ini masyarakat mulai lebih individualis menurut fungsi masing-masing dalam masyarakat.
d. Sifat Partikularistik
Menitikberatkan pada kebutuhan kelompok dalam skala kecil.

Kualitas perubahan masyarakat diwarnai tingkat berpikir individu-individu sebagai anggota masyarakat. Van Peursen melihat perubahan yang terjadi melalui pergeseran sikap dan pola pikir masyarakat ke dalam tahapan mistis, ontologis dan fungsionalisme.Pada tahap mistis kondisi individu masyarakat berada dalam alam abstrak (khayal), semua perilaku terikat oleh tabu, ritual dan sakral. Individu tidak mengetahui identitas pribadinya sehingga tidak dapat mengembangkan prestasi dan potensi yang ada pada dirinya.Pada tahap ontologis individu masyarakat mulai memanfaatkan alam untuk kepentingan bersama. Individu mulai berada di alam nyata, ia mulai mengenal identitas pribadinya dan timbul hasrat mengembangkan prestasi dan potensi yang ada pada dirinya. Dari ontologis bergeser ke fungsionalis. Pada tahap ini individu berada di alam nyata dan rasional, muncul ego pribadi dalam mengembangkan prestasi dan potensi dirinya.
Durkheim mengkualifikasikan masyarakat dari sisi karakteristiknya, yaitu solidaritas mekanis yang dialamatkan pada masyarakat yang sederhana dan bersifat homogen, dan solidaritas organis dialamatkan kepada masyarakat yang heterogen.Talcott Parsons lebih melihat dari sisi interaksi unsur-unsur perubahan, yaitu orientasi, pelaku, kegiatan dan lambang. Parsons membagi masyarakat ke dalam dua sifat: universalistik yang berorientasi ke skala luas dan partikulistik ialah yang berorientasi ke skala kecil.Corak kebudayaan akan membentuk corak pribadi individu, sehingga pada masyarakat majemuk atau kaya etnik budaya akan muncul corak kepribadian beragam. Seperti halnya Indonesia sebagai negara yang kaya akan etnik budaya, upaya mencapai fungsi primer negara sangat bergantung kepada integritas etnik budaya dalam sistem nilai yang berlaku.Pada tangga ini proses transformasi sistem nilai memegang peran utama. Karena itu komunikasi perlu ditata secara bijak berdasar suatu sistem komunikasi khas Indonesia yang berakar pada nilai-nilai budaya bangsa.


Memahami Sistem Komunikasi Indonesia Menlalui Pendekatan Filosofis

Pendekatan filosofis adalah untuk mendapat jawaban tentang hakikat manusia berkomunikasi, yaitu bagaimana seharusnya manusia berkomunikasi dalam lingkup alam semesta dan dalam lingkup berbangsa dan bernegara.Jawaban terhadap pertanyaan tersebut tidak hanya dalam kemasan filosofis yang bersifat abstrak dan spekulatif, akan tetapi harus dikonkritkan dalam sikap dan perilaku agar kemasan tersebut bermanfaat dan dapat dinikmati bagi kehidupan umat manusia.Konkritisasi tersebut hanya dapat dijumpai dalam terapan sistem, karena filsafat mencari hakikat kebenaran dan keadilan maka terapan komunikasi tidak meronta dari hakikat tersebut.Terapan ilmu komunikasi dalam tatanan sistem nilai di Indonesia merupakan tipe ideal bangsa Indonesia di dalam mencari jawaban bagaimana seharusnya berkomunikasi untuk mencapai hakikat kebenaran dan keadilan.Sistem komunikasi Indonesia menunjukkan pola keteraturan bagaimana manusia Indonesia berkomunikasi baik dalam suasana suprastruktur komunikasi maupun dalam suasana infrastuktur komunikasi. Pada kedua suasana ini terdapat komunikator-komunikator dan komunikan-komunikan yang pada hakikatnya sebagai manusia yang mempunyai angan-angan dan cita-cita menurut hakikat yang benar. Cita-cita dan angan-angan hakikat manusia yang selalu ingin menjalin hubungan antara satu dengan lainnya menurut kodratnya. Untuk lebih memperluas hubungan maka lahir produk berpikir manusia dalam wujud media


Memahami Akar Sistem Melalui Pendekatan Sejarah

Telusuran sejarah memberi gambaran bahwa sistem komunikasi pada masa kerajaan tertua di Indonesia menampakkan karakter tertutup. Arus komunikasi vertikal mengalir dari atas ke bawah yang berisi pesan-pesan komunikasi untuk membentuk sikap rakyat kerajaan mengkultuskan dan memithoskan raja. Proses komunikasi horizontal dalam masyarakat sebatas pemenuhan kebutuhan sehari-hari, kalaupun ada yang berkait dengan kehidupan pemerintahan hanya sebatas ketaatan terhadap raja dan kepatuhan melaksanakan dogma agama. (Hindu).Pada kerajaan Sriwijaya di Sumatera sebagai profil maritim, sistem komunikasi ditata secara teratur menurut sistem maritim. Kemasan Komunikasi mengalir melalui kota-kota pelabuhan.Sistem komunikasi kerajaan Sriwijaya menggunakan konsep keterbukaan (tradisi diplomasi) melalui jalinan komunikasi perdagangan. Diperkuat dengan pusat kegiatan agama Budha yang berlevel (tingkat) Global berada pada kerajaan ini.Selain profil maritim terdapat juga profil agraris sebagaimana kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa. Kerajaan Mataram sebagai salah satu profil agraris muncul dengan keteraturan birokrasinya. Sistem komunikasi tersusun rapi menurut jenjang birokrasi.
Sosok profil agraris yang lebih maju dari Mataram yaitu kerajaan Majapahit. Kerajaan ini termasuk kerajaan terbesar di Indonesia yang pada waktu itu memiliki luas hampir seluas Indonesia sekarang. Tatanan birokrasi lebih teratur dan lebih rinci. Dari susunan birokrasi, tampak bahwa sistem komunikasi kerajaan Majapahit lebih rapi dan alur komunikasi berlangsung menurut alur struktur birokrasi. Komunikasi dalam kehidupan masyarakat menampakkan sifat keterbukaan walaupun dalam batas-batas tertentu sesuai peraturan kerajaan.
Banyak konsep-konsep produk kerajaan Majapahit menjadi rujukan generasi saat ini, antara lain istilah Palapa A dan B bahkan C sebagai sistem satelit domestik yang diilhami oleh Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada. Kemudian buah pikir Mpu Tantular dengan Bhineka Tunggal Ika-nya menjadi seloka lambang negara kita.Sistem komunikasi yang lebih sempurna dari kerajaan-kerajaan sebelumnya terdapat pada sistem komunikasi kerajaan Mataram II. Dari susunan birokrasi ada sifat keterbukaan komunikasi yang menunjukkan bahwa Mataram II setelah masuk Islam muncul sebagai kerajaan yang lebih maju dari kerajaan-kerajaan sebelumnya.

1.Proses Komunikasi Dalam Alur Vertikal

Alur komunikasi vertikal merupakan tolak ukur untuk menemukan karakter komunikasi tentang konsep apa yang diterapkan dalam sistem komunikasi.Dalam alur vertikal-vertikal proses komunikasi tidak hanya mengalir dari atas ke bawah tapi juga mengalir dari bawah ke atas.
Alur komunikasi vertikal-vertikal menunjukkan keterkaitan antara suprastruktur komunikasi dengan infrastruktur komunikasi.Alur komunikasi vertikal mengalir dari komunikator utama yaitu Presiden sebagai kepala pemerintahan kepada komunikator pelaksana. Pelaksana program menurut susunan struktur pemerintah.Dalam setiap ornamen terjadi proses encoding sesuai lingkup tugas, wewenang dan jabatan.Pada alur vertikal yang berdasar asas dekonsentrasi, ketika alur komunikasi memasuki wilayah utama, berlangsung jalinan komunikasi fungsional.
Proses encoding diwujudkan melalui instrumen-instrumen proses, baik alur instrumen vertikal ke bawah maupun instrumen alur ke atas sehingga menghasilkan kebijakan-kebijakan komunikasi nasional.

2.Proses Komunikasi Dalam Alur Horizontal

Jalinan komunikasi horizontal dalam suprastruktur komunikasi menunjukkan sikap kekeluargaan sebagaimana ditetapkan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945Jalinan komunikasi antara lembaga Presiden dengan DPR merupakan duet harmonis di dalam membentuk undang-undang untuk melandasi sikap perilaku para penyelenggara Negara, penyelenggara pemerintahan sekaligus sikap perilaku masyarakat.Keharmonisan jalinan komunikasi kedua lembaga tersebut berarti kokohnya sendi-sendi kehidupan Negara sebagai replika sikap mental dan perilaku moral yang terintegrasi ke dalam ikatan-ikatan norma yang berlaku.DPR sebagai partner Presiden di dalam membentuk undang-undang mempunyai tiga dimensi utama yaitu: dimensi wakil rakyat, dimensi legislatif dan dimensi pengontrol/pengawas jalannya kekuasaan.Faktor-faktor yang mempengaruhi proses legislatif dikualifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu stimuli eksternal, setting psikologis dan komunikasi intrainstitusional.Jalinan komunikasi antara lembaga-lembaga otoritas menunjukkan sikap integratif yang mengarah kepada tercapainya tujuan sistem politik atau tujuan negara.

2 komentar: