bruno mars

http://dc357.4shared.com/img/595846117/69006477/dlink__2Fdownload_2FCDK-hEhz_3Ftsid_3D20110515-075943-419de077/preview.mp3

Selasa, 08 Maret 2011

Fungsi Film Pendidikan Dalam Kajian Ilmu Komunikasi

Sebagaimana sarana-sarana media komunikasi lainnya fungsi film pendidikan bagi kajian ilmu komunikasi tidak jauh beda, fungsinya adalah sebagai pemberi berita dan komunikasi yang efektif, dengan bentuknya yang variatif. Hanya saja apakah berita, atau komunikasi itu mempunyai aspek-aspek komunikasi, hal inilah yang pantas untuk dikemukakan bagi masyarakat
Etika komunikasi yang interdependensi antar pemilik berita dengan penerima berita atau konsumen televisi dalam kajian ini sangat diharapkan. Hubungan yang saling ketergantungan antara keduanya menciptakan harmonisasi suasana, bukan sebaliknya membuat rugi atau berang si penerima berita karena acara-acara gosip yang dilontarkan.
Berita-berita besar bisa jadi acara-acara spektakuler hasil penemuan dan karya baru seperti acara Guiness Book, hiburan kuis galileo, asah otak kuis siapa berani yang mengingatkan kita tentang pengetahuan komunikasi yang berkaitan dengan transformasi ilmu Seharusnya media televisi menjembatani sarana jarak jauh dalam bentuk tiga dimensi yang memuaskan bagi kebutuhan masyarakat untuk menerima berita-berita besar tanah air dan luar negeri. Motivasi yang membawa peran “Sender” ini membuat pemilik stasiun televisi swasta hati-hati dalam memberitakan kepada umat.
Tidak semata-semata nilai komersial akurasi data, manfa’at dan mudharatnya, biarkan modern dan post modern berlalu namun prinsip-prinsip komunikasi dasar antara sender dan receiver tetap terjaga. Jangan lagi kita disibukkan penampilan wjah luar yang tidak memiliki bentuk untuk menyuguhkan acara yang berguna. Kemajuan sebuah televisi bukan dilihat dari warna-warni pola siarannya, tetapi bagaimana media televisi tersebut bisa menjunjung tinggi budaya dan moral masyarakat.
Potensi Film Pendidikan Sebagai Media Pendidikan Budi Pekerti Dalam Kajian Ilmu Komunikasi
Televisi sebagai media massa, memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai media informasi (information), sabagai media pendidikan (education) dan sebagai media hiburan (entertainment). Sesuai dengan fungsinya televisi sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai media pendidikan, karena dalam berbagai hal televisi dapat memberikan rangsangan, membawa serta, memicu, membangkitkan, mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu, memberikan saran-saran, memberikan warna, mengajar, menghibur, memperkuat, menggiatkan, menyampaikan pengaruh dari orang lain, memperkenalkan berbagai identitas (ciri) sesuatu, memberikan contoh, proses internalisasi tingkah laku, berbagai bentuk partisipasi serta penyesuaian diri dan lain-lain (Brown, 1977 : 347). Selain itu media televisi juga merupakan wahana yang kuat sekali pengaruhnya dalam pembentukan pola fikir, sikap dan tingkah laku disamping menambah pengetahuan dan memperluas wawasan masyarakat ( Sri Hardjoko, 1994 : 4 ). Suprapti Widarto (1994 : 7) menambahkan bahwa: siaran televise memiliki daya penetrasi yang sangat kuat terhadap kehidupan manusia sehingga ia mampu merubah sikap, pendapat dan prilaku seseorang dalam rentang waktu yang relatif singkat. Dengan jangkauannya yang begitu luas, siaran televisi memiliki potensi yang luar biasa untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kepentingan pendidikan.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Fahmi Alatas (1994 : 3), dengan kekuatan pandang dengarnya, siaran televisi memiliki potensi penetratif untuk mempengaruhi sikap, pandangan, gaya hidup, orientasi dan motivasi masyarakat. Dari berbagai pendapat tersebut disimpulkan bahwa, televisi merupakan media yang sangat potensial sebagai sarana pendidikan, khususnya pendidikan budi pekerti. Karena tujuan pendidikan budi pekerti seiring /sejalan dengan tujuan pendidikan pada umumnya. Tujuan pendidikan kita adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Yang dimaksud manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, memiliki kepribadian yang mantab dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional).
Disamping itu, media televisi yang memiliki kemampuan menyajikan informasi dalam bentuk visual dan suara, dinilai sangat efektif untuk menyampaikan materi/ pesan-pesan pendidikan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang disampaikan Dwyer (1978:11) bahwa sebagaian besar materi pendidikan/pembelajaran (83%) diserap oleh peserta didik melalui indera penglihatan, 11% nya melalui indera pendengaran dan sisanya 6% melalui indera pengecapan, penciuman dan rabaan. Persoalannya adalah bagaimana mengemas tayangan program-program pendidikan budi pekerti melalui televisi menjadi sebuah tontonan yang menghibur sekaligus berisikan pesan-pesan/informasi yang pantas dan tidak pantas untuk ditiru oleh para pemirsanya. Membuat program yang demikian tentu dibutuhkan keterlibatan dari berbagai pihak serta ketelitian dan kejelian dalam mengangkat tema-tema aktual yang sedang ngetrend sekaligus menarik, kemudian dikaitkan dengan pesan-pesan pendidikan budi pekerti yang ingin disampaikan.

Kelemahan Film Pendidikan Sebagai Media Pendidikan Budi Pekerti Dan Cara Mengatasinya

Menurut Molenda Televisi adalah media yang bersifat searah, padahal dalam proses kegiatan pendidikan komunikasi sebaiknya dilakukan secara timbal balik (dua arah) antara peserta didik dengan sumber belajarnya. Hal ini dapat diatasi apabila dalam memanfaatkan program televisi peserta didik didampingi oleh seorang fasilitator atau seorang guru atau orang tua yang bisa menjadi tempat bertanya dan memberikan pengarahan-pengarahan dalam melakukan diskusi-diskusi tentang hal-hal yang pantas dan tidak pantas ditiru setelah peserta didik menyaksikan tayangan program, dan atau setelah siaran diadakan komunikasi secara aktif melalui telepon. Kelemahan yang lain biaya yang besar, untuk merancang dan mengembangkan program-program televisi pendidikan termasuk pengadaan pesawat televisinya. Kelemahan lainnya berupa gangguan cuaca yang kadang-kadang mengganggu kualitas tayangan program yang diterima oleh peserta didik. Sehubungan dengan dana (mahalnya program televisi) Perin (1977 : 7) berpendapat sebaliknya. Pemanfaatan televisi sebagai media pendidikan sebenarnya tidak mahal karena dalam waktu yang bersamaan program tersebut bisa dimanfaatkan oleh peserta didik dalam jumlah yang sangat besar dan dalam daerah jangkauan yang luas : “they are so available and so inexpensive (where) seeing the number of consumers is large” Mengingat kelebihan ini, dapat disimpulkan bahwa dari segi biaya, sebenarnya pemanfaatan televisi sebagai media pendidikan budi pekerti tidaklah mahal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar