bruno mars

http://dc357.4shared.com/img/595846117/69006477/dlink__2Fdownload_2FCDK-hEhz_3Ftsid_3D20110515-075943-419de077/preview.mp3

Kamis, 27 Oktober 2011

VISUAL MESSAGE (edyarto)017

Tujuan belajar

* Media massa memiliki komponen visual sejak Gutenberg.

* Misa-foto yang dihasilkan menjadi mungkin dengan teknologi halftone.

* Fotografi dan gambar lainnya konten media, bukan media itu sendiri.

* Kamera dan film yang lebih kecil lebih cepat menciptakan peluang baru.

Bekerja Perang Saudara * Matius Brady memulai era fotografi dokumenter.

* Foto dapat pesan yang sangat berpengaruh.

* Masih dan fotografi gerak perpaduan.

* Di antara masalah media visual intrusi ke dalam privasi.

Komponen visual pesan massal telah tumbuh dengan pesat melalui teknologi. Sebuah terobosan penggantian setengah suara untuk ukiran kayu lebih dari satu abad yang lalu. Film dan televisi, yang membedakan karakteristik visual, menciptakan sebuah kesadaran baru tentang gambar. Dengan web mengalikan jumlah outlet untuk pesan secara eksponensial, gambar visual yang ditakdirkan untuk menjadi bagian lebih besar dari konten media.

Teknologi kimia di jantung fotografi adalah cara menyelam untuk digitalisasi. Kita akan melihat kamar gelap lebih sedikit di masa depan. Bahkan film, yang masih mengandalkan kimia fotografi untuk produk akhir, akan membuat shift.

Demokratisasi media teknologi memberikan hampir semua orang kemampuan untuk menghasilkan pesan massal mereka sendiri di web. Hal ini menimbulkan masalah bagi para profesional yang menciptakan kelas citra visual. Setelah didistribusikan dalam bentuk digital, gambar mudah bagi siapa pun untuk download untuk redistribusi. Karena ketidakpekaan luas mendasari hak kekayaan intelektual yang rasional, banyak orang bahkan tidak berpikir ini sebagai pencurian. Hasilnya, tentu saja, adalah bahwa fotografer profesional berada dalam bahaya kehilangan insentif ekonomi untuk perdagangan lapis mereka dan membuat seni mereka. Itu akan meninggalkan kita semua miskin, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Bahkan dengan teknologi enkripsi dan tuntutan hukum terhadap aktivitas pembajak, baik besar dan kecil, lubang penyerapan uang ini akan sulit untuk dipasangkan.

Komunikasi massa adalah proses misterius. Banyak sarjana telah mengembangkan teori dan model untuk membantu kita memahami beberapa aspek dari komunikasi massa, namun proses ini begitu kompleks sehingga kita tidak akan pernah menguasainya ke titik yang mampu memprediksi andal hasil proses. Ada terlalu banyak variabel. Ini tidak berarti, bagaimanapun, bahwa pencarian pemahaman adalah sia-sia. Semakin banyak kita tahu tentang bagaimana komunikasi massa bekerja, massa komunikator yang lebih baik dapat menggunakan proses untuk efek baik dan media yang lebih baik konsumen cerdas dapat menilai pesan media sebelum menggunakan mereka sebagai dasar untuk bertindak.

Rabu, 08 Juni 2011

Keunikan & Keindahan Kota Palu Sulawesi Tengah (edyarto)

keberagaman seni budaya masyarakat urban Kota Palu serta pengembangan kawasan wilayah Teluk Palu sebagai keunikan tersendiri dari kota palu. sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Tengah, Kota Palu yang memiliki karakteristik kota urban yang pluralis dan multikultur, tidak hanya dituntut untuk memiliki kapasitas sebagai fasilitator kultural bagi keberagaman budaya yang ada di Sulawesi Tengah, namun juga diharapkan menjadi ruang pertemuan kreatif dan apresiatif bagi seni tradisi dan modern.

Obyek Wisata yang beraneka ragam

Situs makam Dato Karama adalah tempat di makamkannya seorang tokoh Agama Islam yang pertama kali masuk ke Sulawesi Tengah pada abad XVII. Dato Karama adalah gelar yang berarti seorang dato yang sakti/keramat. Sedang nama asli beliau adalah Abdullah Raqie berasal dari Sumatera Barat. Karena kesaktiannya maka Raja Kabonena I Pue Njidi serta rakyatnya memeluk Agama Islam.Isteri Dato Karama bernama Intje Djille sedangkan anaknya bernama Intje Dongko dan Intje Saribanong, Injte Dongko kawin dengan pemuda dari Sulawesi Selatan.
Pada kompleks Makam Datokarama selain makam beliau juga terdapat makam isterinya dan keluarga serta pengikutnya yang terdiri dari 9 (sembilan) makam laki-laki, dan 11 (sebelas) makam wanita serta 2(dua) makam yang tidak jelas, karena nisannya juga tidak jelas. Dengan luas bangunan ± 104 M² sedang luas keseluruhan Situs makam Dato Karama ± 1700 M²

Keaneka raganaman Wisata kuliner yang terdapat dikot Palu

Sajian Sese Gampaya dipadu dengan ikan Bayaba Bakar Kuliner Kaili Sulawesi Tengah

Bahan :Bunga pepaya segar, daun paku muda250 cc santan kelapa g aram secukupnya dihaluskan :10 buah cabe rawit 2 buah lombok keriting1 ons kemiri 5 siung bawang merah 5 siung bawang putih1 ruas jahe Cara membuat :Bunga pepaya direbus, daun paku direbus masukkan garam, bila bunga pepaya dan daun paku sudah layu angkat dan tiriskan,bumbu ditumis dengan sedikit minyak kelapa, tuangkan santan sambil diaduk-aduk,bila santan sudah mengeluarkan sedikit minyak masukkan bunga pepaya dan daun paku sambil terus diaduk,angkat dan siap disajikan..Ikan Bayaba segar diBakar, berikan sambal rica yg telah jadi secukupnya.
Sajikan bersama Sese Gampaya. Menu yang menyegarkan untuk makan siang Anda...

Uta Kelo/Sayur Kelor Khas Kaili

Uta Kelo/sayur kelor adalah sayur khas tanah kaili (palu - sulawesi tengah), sesuai namanya sayur ini dibuat dari bahan utama daun kelor (moringa sp) dimasak santan dengan beberapa bahan tambahan lainnya (pisang gepok mentah, jantung pisang, udang kering) serta dibumbuhi sesuai selera. kota palu sangat identik dengan sayuran ini, sayur yang sangat merakyat di kota palu dan sekitarnya; narasa uta kelo ante duo sole, silahkan mencobanya dengan hidangan Nasi Jagung (talebe) dan ikan bakar.

Kaledo-Makanan Khas Palu
Jangan mengaku pernah menginjakkan kaki di Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu, jika Anda belum mencicipi kaledo. Masakan khas Sulawesi Tengah ini termasuk jenis masakan berkuah bening agak kekuning-kuningan dengan rasa yang sangat khas, yakni asem gurih dan pedas. Pada awalnya, masakan ini hanya berbahan baku tulang kaki sapi dengan sedikit dagingnya. Namun, karena penjual kaledo semakin banyak, sehingga tulang kaki sapi semakin sulit didapatkan. Untuk menggantikan tulang kaki tersebut, maka tulang belakang sapi pun disertakan sebagai tambahan bahan utama.

Obyek Wisata Danau Tambing

Danau Tambing berada pada ketinggian ± 1.700 m dpl, dengan luas ± 6 Ha. Merupakan danau berawa yang dikelilingi hutan primer dan memiliki kedalam air hingga 10 meter dan terdapat beberapa jenis ikan air tawar diantaranya mujair, ikan gabus dan lain sebagainya. Dapat dijumpai pula beberapa jenis burung disekitar danau diantaranya : Pucuk padi hitam, Titihan telaga, Kepodang sungu biru, Elang alap dada merah, Pergan hijau, Cabak Sulawesi, Itik Penjut, Malia Sungu kerdil, Elang ikan kerdil, Mandar dengkur dan Punggok Cinnaban, sehingga cocok dijadikan lokasi pengamatan burung “ Bird Wacthing Area “. Untuk melihat aktivitas dan menikmati keindahan suara burung di sekitar Danau Tambing dapat dilakukan pada pagi dan sore hari.

1.Pakuli
Lokasi Pakuli adalah nama desa yang berada di wilayah penyangga Taman Nasional Lore Lindu. Desa ini secara administratif berada di kecamatan Gumbasa , Kabupaten Sigi. Pakuli berjarak 40 km ke arah Selatan dari kota Palu.
Daya Tarik Pakuli, sebagai sebuah desa yang dekat dengan Taman Nasional Lore Lindu, telah lama memanfaatkan berbagai macam tumbuhan untuk bahan pengobatan tradisional. Hasil penelitian menemukan 287 dari 415 jenis bahan tumbuhan obat tradisional yang dipergunakan, diperoleh dari kawasan Taman Nasional Lore Lindu.Pakuli berada 300 meter diatas permukaan laut dan merupakan kawasan dengan ketinggian terendah di TNLL. Burung yang biasa dijumpai di lokasi ini diantaranya : Burung Maleo, Burung Gosong Filipina, Cabak Sulawesi, Kapasan Sulawesi, Kepodang ungu tungging putih.
Aksesbilitas Untuk mancapai Pakuli, dapat ditempuh dengan mobil atau angkutan umum selama 1 jam. Kondisi jalan menuju lokasi bagus. Angkutan umum dan Palu, dapat ditemukan di terminal angkutan Pasar Masomba. Fasilitas Pondok pengobatan tradisional, kebun obat, penangkaran Maleo dan shelter.
2. Saluki
Lokasi Saluki terletak di Desa Tuva, berjarak 50 km ke arah Selatan kota Palu, berada dalam wilayah kerja Bidang Pengelolaan Wilayah I Saluki TNLL, termasuk dalam kecamatan Gumbasa.
Daya Tarik Kawasan nesting ground burung Maleo terbesar ditemukan di lokasi ini Jenis burung lain yang dapat dijumpai di antaranya : Merpati hitam, Sulawesi, Raja Udang Merah Sulawesi, Cekakak Hutan, Tungging Hijau, Dederuk Merah, Pergam Putih, Rangkong Sulawesi.
Terdapat pula sebuah bumi perkemahan dengan pemandangan indah di sekitarnya dengan kapasitas maksimal 500 pengunjung
Situs-situs Megalith di Sulawesi Tengah

SITUS MEGALITH WATUNONJU
Letak Situs
Situs megalit Watunonju terletak di Desa Watunonju, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah, jarak Desa Watunonju adalah kurang lebih 20 Kilometer kearah selatan dari Kota Palu lokasi situs dapat dicapai dengan kendaraan roda dua dan empat
Tradisi Megalit di Lemba Palu Penelitian kepurbakalaan mengenai peninnggalan tradisi megalit di Lembah Palu telah banyak mendapat perhatian dari peneliti dari dalam maupun luar negeri. Pada tahun 1989, dua orang misionaris merangkap sebagai peneliti yaitu Dr AC Kruyt telah menemukan lumpang batu disitus Watunonju. Hal tersebut mereka kemukakan dalam buku “Van poso naar parigi sigien Lindoe” kemudian peneliti selanjutnya dilakukan oleh Tim Pra Survey kebudayaan dari Departemen Pendidikan Kebudayaan Sulawesi Tengah pada Tahun 1972. Dalam penelitian tersebut telah dicatat jumlah temuan lumpang batu di Lembah Palu, yaitu desa Watunonju, Bangga, Tulo dan Desa Dolo. Penelitian khusus yaitu di situs Watunonju dilakukan oleh Tim Pengumpul Data keperbukalan di bawah pimpinan Haris Sukandar, dan penelitian pada Tahun 1975 dan 1976 itu telah ditemukan lagi sejumlah temuan Lumpang baru.

RUMAH TRADISIONAL TAMBI
Letak Situs
Rumah tradisional tambi terletak di desa Doda, kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah. Jarak tempuh kurang lebih 168 kilometer dari Palu. Salah satu hambatan untuk mencapai situs adalah keadaan jalan yang kurang terawat, sehingga membutuhkan waktu agak lama.
Latar BelakanG Sejarah Salah satu ciri khas perkembangan tradisional di Indonesia adalah penduduknya yang mendiami rumah-rumah panggung beratap rumbia, bambu, dan ijuk. Namun rumah bentuk itu sudah jarang dijumpai. Demikian pula di Kecamatan Lorre utara, rumah Tradisional Tambi tinggi salah atunya terdapat di Doda sekarang ini
Bangunan Tambi didirikan pada Tahun 1867 oleh Langimpu pada itu memangku jabatan sebagai Bitu Magau (Kepala Distrik). Pada tahun 1928 langimpu wafat, dan bangunan Tambi diwariskan kepada Istrinya yaitu Inana Masina sampai tahun1942 kemudian dari tahun 1942 – 1982, Tambi dihuni oleh anak Langimpu yaitu Inana Inene. Setelah itu Tambi tidak dihuni lagi, akan tetapi dirawat oleh cucumya Langimpu yang bernama Inana Benu. Karena kondisi tambi semakin rusak karena dimakan usia, maka atas nama ahli waris dan masyarakat Doda pada tanggal 21 Juli 1993 bangunan Tambi diserahkan oleh Kepala Desa Doda kepada pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaanuntuk ditangani.
Deskripsi Rumah Tadisional Tambi .Tambi adalah bangunan dengan konstruksi rumah panggung (berkolong), memiliki daerah persegi panjang. Ukuran bangunan adalah lebar 5 meter panjang 7 meter, serta tinggi bangunan 6,20 meter.Salah satu keunikan tambi adalah konstruksi dasarnya. Kayu yang digunakan pada konstruksi dasarnya dipilih betul-betul kering dan lurus, sehingga tejadinya penyimpanan berat dapat dihindari. Semua tiang panggung yang difungsikan sebagai penopang lantai berbentuk bulat tanpa pola hias.

Maaf pak tugasnya lambat...soalnya saya sama sekali ga diberitahu informasinya..baru tadi saya tahu......maaf pak..saya harap bapak bisa memakluminya..

Apabila saya tahu dari waktu pengerjaan tugasnya...pasti saya kerjakan...maaf pak...moga ini tidak mengurangi nilainya pak....terimah kasih sebelumnya..

Jumat, 27 Mei 2011

Filsafat Komunikasi (B50109017.edyarto.com)

OBYEK KAJIAN ILMU KOMUNIKASI

Ilmu merupakan paduan yang harmonis antara fakta dan teori, dari fakta kemudian melalui serangkaian proses pembuktian diantara hubungan-hubunganya kemudian menjadi teori atau yang disebut sebagai teori subtantif (teori yang dibangun dari fakta atau data) dan atau konsep atau teori yang dicari pembuktianya melalui serangkaian proses pembuktian kemudian menjadi teori lagi yang disebut sebagai teori metodologik.
Teori dapat dibedakan dengan pemikiran spekulatif walaupun teori akan tetap menjadi spekulatif sampai dapat dibuktikan kebenaranya secara empiris. Problem yang muncul ialah apabila teori itu tetap dipengaruhi dan diyakini padahal tanpa didukung fakta-fakta empiris. (Affandi, 1991: 20)
Untuk mengetahui posisi ilmu komunikasi, maka persyaratan ilmu sebagaimana yang diungkapkan oleh Prof. Harsoyo dalam karyanya, apakah ilmu itu ?, adalah : salah satunya bahwa ilmu harus mempunyai obyek tertentu, obyek ini sebagai lahan kajian dan lapangan penyelidikan bagi suatu ilmu termasuk ilmu komunikasi. Dalam melihat obyek kajian ini, ada yang disebut obyek materi, dan ada yang disebut sebagai obyek forma. Obyek materi adalah lapangan penyelidikan suatu ilmu, sedangkan obyek forma adalah sudut tertentu yang menentukan macam ilmu kalau obyek materialnya sama dari sini dapat diketahui bahwa yang menjadi obyek komunikasi itu adalah manusia dan kehidupan bersama manusia lain, kemudian obyek forma ilmu komunikasi adalah sistem kegiatan manusia dalam proses melakukan komunikasi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa, studi ilmu komunikasi bukanlah hanya surat kabar (iomu pers/jurnalistik), bukan pula hanya media massa (ilmu komunikasi massa) atau pernyataan umum (publisistik) melainkan komunikasi atau pernyataan antar manusia. Dengan demikian ilmu komunikasi mencakup semua pernyataan antar manusia baik melalui media massa dan retorika maupun yang dilakukan secara langsung.Justru itu kehadiran ilmu komunikasi sama sekali tidak menghilangkan eksistensi kajian-kajian sebelumnya seperti jurnalistik, pers dan media massa, retorika dan komunikasi persona. Bahkan semua itu merupakan bidang studi dari ilmu komunikasi.

1. Kerangka Teoritis
Louis O. Katsoff dalam bukunya ”Elements of Philosophy” menyatakan bahwa kegiatan filsafat merupakan perenungan, yaitu suatu jenis pemikiran yang meliputi kegiatan meragukan segala sesuatu, mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan yang satu dengan gagasan yang lainnya, menanyakan ”mengapa”’ mencari jawaban yang lebih baik ketimbang jawaban pada pandangan mata. Filsafat sebagai perenungan mengusahakan kejelasan, keutuhan, dan keadaan memadainya pengetahuan agar dapat diperoleh pemahaman. Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini. Menemukan hakekatnya, dan menerbitkan serta mengatur semuanya itu dalam bentuk yang sistematik. Filsafat membawa kita kepada pemahaman & pemahaman membawa kita kepada tindakan yang lebih layak. Tiga bidang kajian filsafat ilmu adalah epistemologis, ontologis, dan oksiologis. Ketiga bidang filsafat ini merupakan pilar utama bangunan filsafat.

Epistemologi: merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan. Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Medode adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang & mapan, sistematis & logis.

Ontologi: adalah cabang filsafat mengenai sifat (wujud) atau lebih sempit lagi sifat fenomena yang ingin kita ketahui. Dalam ilmu pengetahuan sosial ontologi terutama berkaitan dengan sifat interaksi sosial. Menurut Stephen Litle John, ontologi adalah mengerjakan terjadinya pengetahuan dari sebuah gagasan kita tentang realitas. Bagi ilmu sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi kemanusiaan.

Aksiologis: adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai seperti etika, estetika, atau agama. Litle John menyebutkan bahwa aksiologis, merupakan bidang kajian filosofis yang membahas value (nilai-nilai) Litle John mengistilahkan kajian menelusuri tiga asumsi dasar teori ini adalah dengan nama metatori. Metatori adalah bahan spesifik pelbagai teori seperti tentang apa yang diobservasi, bagaimana observasi dilakukan dan apa bentuk teorinya. ”Metatori adalah teori tentang teori” pelbagai kajian metatori yang berkembang sejak 1970 –an mengajukan berbagai metode dan teori, berdasarkan perkembangan paradigma sosial. Membahas hal-hal seperti bagaimana sebuah knowledge itu (epistemologi) berkembang. Sampai sejauh manakah eksistensinya (ontologi) perkembangannya dan bagaimanakah kegunaan nilai-nilainya (aksiologis) bagi kehidupan sosial. Pembahasan ; Berita infotainment dalam kajian filosofis. Kajian ini akan meneropong lingkup persoalan di dalam disiplin jurnalisme, sebagai sebuah bahasan dari keilmuan komunikasi, yang telah mengalami degradasi bias tertentu dari sisi epistemologis, ontologis bahkan aksiologisnya terutama dalam penyajian berita infotainment di televisi.

2. Kajian Aspek Epistemologis:
Dalam berita hal terpenting adalah fakta. Pada titik yang paling inti dalam setiap pesannya pelaporan jurnalisme mesti membawa muatan fakta. Setiap kepingan informasi mengimplikasikan realitas peristiwa kemasyatakatan. Tiap pesan menjadi netral dari kemungkinan buruk penafsiran subyektif yang tak berkaitan dengan kepentingan–kepentingan kebutuhan masyarakat. Charnley (1965 : 22.30) mengungkapkan kunci standardisasi bahasa penulisan yang memakai pendekatan ketepatan pelaporan faktualisasi peristiwa, yaitu akurat, seimbang, obyektif, jelas dan singkat serta mengandung waktu kekinian. Hal-hal ini merupakan tolok ukur dari ”The Quality of News” dan menjadi pedoman yang mengondisikan kerja wartawan di dalam mendekati peristiwa berita & membantu upaya tatkala mengumpulkan & mereportase berita. Secara epistemologis cara-cara memperoleh fakta ilmiah yang menjadi landasan filosofis sebuah berita infotainment yang akan ditampilkan berdasarkan perencanaan yang matang, mapan, sistematis & logis.

3. Kajian Aspek Ontologis
Dalam kajian berita infotainment ini bahasan secara ontologis tertuju pada keberadaan berita infotainment dalam ruang publik. Fenomena tentang berita infotainment bukan gejala baru di dunia jurnalisme. Pada abad 19, pernah berkembang jurnalisme yang berusaha mendapatkan audiensnya dengan mengandalkan berita kriminalitas yang sensasional, skandal seks, hal-hal, yang menegangkan dan pemujaan kaum selebritis ditandai dengan reputasi James Callender lewat pembeberan petualangan seks, para pendiri Amerika Serikat, Alexande Hamilton & Thomas Jeferson merupakan karya elaborasi antara fakta dan desus-desus. Tahun itu pula merupakan masa kejayaan William Rudolf Hearst dan Joseph Pulitzer yang dianggap sebagai dewa-dewa ”Jurnalisme kuning.”

Fenomena jurnalisme infotainment kembali mencuat ketika terjadi berita hebohnya perselingkuhan Presiden Amerika ”Bill Clinton- Lewinsky”. Sejak saat itu seakan telah menjadi karakteristik pada banyak jaringan TV di dunia. Di Indonesia, fenomena ini juga bukan terbilang baru. Sejak zaman Harmoko (Menteri Penerangan pada saat itu) banyak surat kabar–surat kabar kuning muncul & diwarnai dengan antusias masyarakat. Bahkan ketika Arswendo Atmowiloto menerbitkan Monitor semakin membuat semarak ”Jurnalisme kuning di Indonesia”. Pasca Orde Baru ketika kebebasan pers dibuka lebar-lebar semakin banyak media baru bermunculan, ada yang memiliki kualitas tetapi ada juga yang mengabaikan kualitas dengan mengandalkan sensasional, gosip, skandal dan lain-lain. Ketika tayangan Cek & Ricek dan Kabar Kabari berhasil di RCTI, TV lainnya juga ikut-ikut menayangkan acara gosip. Dari sinilah cikal bakal infotainment marak di TV kita. Fenomena infotainment merupakan hal yang tidak bisa terhindarkan dari dunia jurnalisme kita. Pada realitasnya ini banyak disukai oleh masyarakat dengan bukti rating tinggi (public share tinggi)

4. Kajian pada aspek aksiologis
Secara aksiologis kegunaan berita infotainment dititik beratkan kepada hiburan. Pengelola acara ini menarik audiens hanya dengan menyajikan tontonan yang enak dilihat sebagai sebuah strategi bisnis jurnalisme. Hal ini akan berdampak pada menundanya selera dan harapan sejumlah orang terhadap sesuatu yang lain. Ketika etika infotainment telah salah langkah mencoba untuk ”menyaingkan” antara berita & hiburan. Padahal nilai dan daya pikat berita itu berbeda, infotainment pada gilirannya akan membentuk audiens yang dangkal karena terbangun atas bentuk bukan substansi.

Pengelola media melalui berita infotainment terkadang tidak lagi mempertimbangkan moral sebagai pengontrol langkah mereka sehingga begitu mengabaikan kepentingan masyarakat.Hal itulah yang terjadi dengan berita infotainment di Indonesia, beberapa kaidah yang semestinya dijalankan malah diabaikan demi kepentingan mengejar rating dan meraup keuntungan dari pemasang iklan.

PERSPEKTIF ILMU KOMUNIKASI

1. Perspektif mekanistis
Perspektif mekanistis menekankan pada unsur saluran fisik komunikasi, penyampaian, dan penerimaan arus pesan diantara sumber atau para penerimannya.
2. Perspektif psikologis
Perspektif psikologis tentang komunikasi manusia memfokuskan perhatiannya pada individu (komunikator atau penafsir) baik secara teoritis maupun empiris.
3. Perspektif interaksional
Perspektif interaksional menunjukkan pandangan komunikasi manusia yang telah berkembang secara tidak langsung dari cabang sosiologi yang dikenal sebagai interaksi simbolis.
4. Perspektif pragmatis
Perspektif ini didasarkan pada asumsi pokok system dan informasi. Perspektif ini merupakan aplikasi yang sesuai dari system pada komunikasi manusia dan jelas merupakan perkembangan baru yang berbeda untuk penelitian komunikasi manusia.
5. Perspektif lain
Diantara keempat perspektif diatas, terdapat beberapa perspektif lainnya yang dianggap kecil dan kurang menyebar, yaitu:
a) Perspektif ekologis
Komunikasi sebagai proses adaptasi organism kepada lingkungan.
b) Perspektif dramatisme
Menempatkan individu dan perilaku social dalam analogi dramatis yang menandai actor social pada “panggung” kehidupan yang sebenarnya.
c) Aliran mcluhan atau mcluhanisme
Media massa elektronik dikategorikan sebagai perangsang citra dan pencipta citra yang subliminal.
d) Teori atau model keseimbangan
Konsep tentang adanya perangkat kekuatan yang saling bertentangan yang menciptakan keresahan secara psikologis apabila mereka dalam suatu keadaan tidak seimbang. Untuk itu harus dikembalikan pada keadaan yang seimbang dengan prinsip maksimalisasi atau ekuilibrium (memberikan penekanan pada kebutuhan untuk menyamakan kekuatan yang saling bertentangan)
1. Perspektif Perilaku (Behavioral Perspective)
Pendekatan ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919). Pendekatan ini cukup banyak mendapat perhatian dalam psikologi di antara tahun 1920-an s/d 1960-an. Ketika Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan agar pendekatannya ini tidak sekedar satu alternatif bagi pendekatan instinktif dalam memahami perilaku sosial, tetapi juga merupakan alternatif lain yang memfokuskan pada pikiran, kesadaran, atau pun imajinasi. Watson menolak informasi instinktif semacam itu, yang menurutnya bersifat
“mistik”, “mentalistik”, dan “subyektif”. Dalam psikologi obyektif maka fokusnya harus pada sesuatu yang “dapat diamati” (observable), yaitu pada “apa yang dikatakan (sayings) dan apa yang dilakukan (doings)”. Dalam hal ini pandangan Watson berbeda dengan James dan Dewey, karena keduanya percaya bahwa proses mental dan juga perilaku yang teramati berperan dalam menyelaskan perilaku sosial.
a. Teori Pembelajaran Sosial.
Di tahun 1941, dua orang psikolog – Neil Miller dan John Dollard – dalam laporan hasil percobaannya mengatakan bahwa peniruan (imitation) di antara manusia tidak disebabkan oleh unsur instink atau program biologis. Penelitian kedua orang tersebut mengindikasikan bahwa kita belajar (learn) meniru perilaku orang lain. Artinya peniruan tersebut merupakan hasil dari satu proses belajar, bukan bisa begitu saja karena instink. Proses belajar tersebut oleh Miller dan Dollard dinamakan “social learning ” – “pembelajaran sosial”. Perilaku peniruan (imitative behavior) kita terjadi karena kita merasa telah memperoleh imbalan ketika kita meniru perilaku orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Agar seseorang bisa belajar mengikuti aturan baku yang telah ditetapkan oleh masyarakat maka “para individu harus dilatih, dalam berbagai situasi, sehingga mereka merasa nyaman ketika melakukan apa yang orang lain lakukan, dan merasa tidak nyaman ketika tidak melakukannya.”, demikian saran yang dikemukakan oleh Miller dan Dollard.
b. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)
Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah psikolog John Thibaut dan Harlod Kelley (1959), sosiolog George Homans (1961), Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Seperti halnya teori pembelajaran sosial, teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit).
2. Perspektif Kognitif (The Cognitive Perspective)
Kita telah memberikan indikasi bahwa kebiasaan (habit) merupakan penjelasan alternatif yang bisa digunakan untuk memahami perilaku sosial seseorang di samping instink (instinct). Namun beberapa analis sosial percaya bahwa kalau hanya kedua hal tersebut (kebiasaan dan instink) yang dijadikan dasar, maka dipandang terlampau ekstrem – karena mengabaikan kegiatan mental manusia.
Seorang psikolog James Baldwin (1897) menyatakan bahwa paling sedikit ada dua bentuk peniruan, satu didasarkan pada kebiasaan kita dan yang lainnya didasarkan pada wawasan kita atas diri kita sendiri dan atas orang lain yang perilakunya kita tiru. Walau dengan konsep yang berbeda seorang sosiolog Charles Cooley (1902) sepaham dengan pandangan Baldwin. Keduanya memfokuskan perhatian mereka kepada perilaku sosial yang melibatkan proses mental atau kognitif .
a. Teori Medan (Field Theory)
Seorang psikolog, Kurt Lewin (1935,1936) mengkaji perilaku sosial melalui pendekatan konsep “medan”/”field” atau “ruang kehidupan” – life space. Untuk memahami konsep ini perlu dipahami bahwa secara tradisional para psikolog memfokuskan pada keyakinan bahwa karakter individual (instink dan kebiasaan), bebas – lepas dari pengaruh situasi di mana individu melakukan aktivitas. Namun Lewin kurang sepaham dengan keyakinan tersebut. Menurutnya penjelasan tentang perilaku yang tidak memperhitungkan faktor situasi, tidaklah lengkap. Dia merasa bahwa semua peristiwa psikologis apakah itu berupa tindakan, pikiran, impian, harapan, atau apapun, kesemuanya itu merupakan fungsi dari “ruang kehidupan”- individu dan lingkungan dipandang sebagai sebuah konstelasi yang saling tergantung satu sama lainnya. Artinya “ruang kehidupan” merupakan juga merupakan determinan bagi tindakan, impian, harapan, pikiran seseorang. Lewin memaknakan “ruang kehidupan” sebagai seluruh peristiwa (masa lampau, sekarang, masa datang) yang berpengaruh pada perilaku dalam satu situasi
b. Teori Atribusi dan Konsistensi Sikap ( Attitude Consistency and Attribution Theory)
Fritz Heider (1946, 1958), seorang psikolog bangsa Jerman mengatakan bahwa kita cenderung mengorganisasikan sikap kita, sehingga tidak menimbulkan konflik. Contohnya, jika kita setuju pada hak seseorang untuk melakukan aborsi, seperti juga orang-orang lain, maka sikap kita tersebut konsisten atau seimbang (balance). Namun jika kita setuju aborsi tetapi ternyata teman-teman dekat kita dan juga orang-orang di sekeliling kita tidak setuju pada aborsi maka kita dalam kondisi tidak seimbang (imbalance). Akibatnya kita merasa tertekan (stress), kurang nyaman, dan kemudian kita akan mencoba mengubah sikap kita, menyesuaikan dengan orang-orang di sekitar kita, misalnya dengan bersikap bahwa kita sekarang tidak sepenuhnya setuju pada aborsi. Melalui pengubahan sikap tersebut, kita menjadi lebih nyaman. Intinya sikap kita senantiasa kita sesuaikan dengan sikap orang lain agar terjadi keseimbangan karena dalam situasi itu, kita menjadi lebih nyaman.
c. Teori Kognitif Kontemporer
Dalam tahun 1980-an, konsep kognisi, sebagian besarnya mewarnai konsep sikap. Istilah “kognisi” digunakan untuk menunjukan adanya proses mental dalam diri seseorang sebelum melakukan tindakan. Teori kognisi kontemporer memandang manusia sebagai agen yang secara aktif menerima, menggunakan, memanipulasi, dan mengalihkan informasi. Kita secara aktif berpikir, membuat rencana, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Manusia memproses informasi dengan cara tertentu melalui
struktur kognitif yang diberi istilah “schema” (Markus dan Zajonc, 1985 ; Morgan dan Schwalbe, 1990; Fiske and Taylor, 1991). Struktur tersebut berperan sebagai kerangka yang dapat menginterpretasikan pengalaman-pengalaman sosial yang kita miliki. Jadi struktur kognisi bisa membantu kita mencapai keterpaduan dengan lingkungan, dan membantu kita untuk menyusun realitas sosial. Sistem ingatan yang kita miliki diasumsikan terdiri atas struktur pengetahuan yang tak terhitung jumlahnya.
3. Perspektif Struktural
Telah kita catat bahwa telah terjadi perdebatan di antara para ilmuwan sosial dalam hal menjelaskan perilaku sosial seseorang. Untuk menjelaskan perilaku sosial seseorang dapat dikaji sebagai sesuatu proses yang (1) instinktif, (2) karena kebiasaan, dan (3) juga yang bersumber dari proses mental. Mereka semua tertarik, dan dengan cara sebaik mungkin lalu menguraikan hubungan antara masyarakat dengan individu. William James dan John Dewey menekankan pada penjelasan kebiasaan individual, tetapi mereka juga mencatat bahwa kebiasaan individu mencerminkan kebiasaan kelompok – yaitu adat-istiadat masyarakat – atau strutur sosial . Para sosiolog yakin bahwa struktur sosial terdiri atas jalinan interaksi antar manusia dengan cara yang relatif stabil. Kita mewarisi struktur sosial dalam satu pola perilaku yang diturunkan oleh satu generasi ke generasi berikutnya, melalui proses sosialisasi. Disebabkan oleh struktur sosial, kita mengalami kehidupan sosial yang telah terpolakan. James menguraikan pentingnya dampak struktur sosial atas “diri” (self) – perasaan kita terhadap diri kita sendiri. Masyarakat mempengaruhi diri – self.
a. Teori Peran (Role Theory)
Walau Park menjelaskan dampak masyarakat atas perilaku kita dalam hubungannya dengan peran, namun jauh sebelumnya Robert Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan. Teori Peran. Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya.
Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah seorang dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter maka dia harus mengobati pasien yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan oleh peran sosial
b. Teori Pernyataan Harapan (Expectation-States Theory)
Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Berger dan rekan-rekannya di Universitas Stanford pada tahun 1972. Jika pada teori peran lebih mengkaji pada skala makro, yaitu peran yang ditetapkan oleh masyarakat, maka pada teori ini berfokus pada kelompok kerja yang lebih kecil lagi. Menurut teori ini, anggota-anggota kelompok membentuk harapan-harapan atas dirinya sendiri dan diri anggota lain, sesuai dengan tugas-tugas yang relevan dengan kemampuan mereka, dan harapan-harapan tersebut mempengaruhi gaya interaksi di antara anggota-anggota kelompok tadi. Sudah tentu atribut yang paling berpengaruh terhadap munculnya kinerja yang diharapkan adalah yang berkaitan dengan ketrampilan kerjanya. Anggota-anggota kelompok dituntut memiliki motivasi dan ketrampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang diharapkan bisa ditampilkan sebaik mungkin.
c. Posmodernisme (Postmodernism)
Baik teori peran maupun teori pernyataan-harapan, keduanya menjelaskan perilaku sosial dalam kaitannya dengan harapan peran dalam masyarakat kontemporer. Beberapa psikolog lainnya justru melangkah lebih jauh lagi. Pada dasarnya teori posmodernisme atau dikenal dengan singkatan “POSMO” merupakan reaksi keras terhadap dunia modern. Teori Posmodernisme, contohnya, menyatakan bahwa dalam masyarakat modern, secara gradual seseorang akan kehilangan individualitas-nya – kemandiriannya, konsep diri, atau jati diri. (Denzin, 1986; Murphy, 1989; Dowd, 1991; Gergen, 1991) . Dalam pandangan teori ini upaya kita untuk memenuhi peran yang dirancangkan untuk kita oleh masyarakat, menyebabkan individualitas kita digantikan oleh kumpulan citra diri yang kita pakai sementara dan kemudian kita campakkan..
4. Perspektif Interaksionis (Interactionist Perspective)
Seorang sosiolog yang bernama George Herbert Mead (1934) yang mengajar psiokologi sosial pada departemen filsafat Universitas Chicago, mengembangkan teori ini. Mead percaya bahwa keanggotaan kita dalam suatu kelompok sosial menghasilkan perilaku bersama yang kita kenal dengan nama budaya. Dalam waktu yang bersamaan, dia juga mengakui bahwa individu-individu yang memegang posisi berbeda dalam suatu kelompok, mempunyai peran yang berbeda pula, sehingga memunculkan perilaku yang juga berbeda. Misalnya, perilaku pemimpin berbeda dengan pengikutnya. Dalam kasus ini, Mead tampak juga seorang strukturis. Namun dia juga menentang pandangan bahwa perilaku kita melulu dipengaruhi oleh lingkungan sosial atau struktur sosial. Sebaliknya Mead percaya bahwa kita sebagai bagian dari lingkungan sosial tersebut juga telah membantu menciptakan lingkungan tersebut. Lebih jauh lagi, dia memberi catatan bahwa walau kita sadar akan adanya sikap bersama dalam suatu kelompok/masyarakat, namun hal tersebut tidaklah berarti bahwa kita senantiasa berkompromi dengannya.
a. Teori Interaksi Simbolis (Symbolic Interaction Theory)
Walau Mead menyarankan agar aspek internal juga dikaji untuk bisa memahami perilaku sosial, namun hal tersebut bukanlah merupakan minat khususnya. Justru dia lebih tertarik pada interaksi, di mana hubungan di antara gerak-isyarat (gesture) tertentu dan maknanya, mempengaruhi pikiran pihak-pihak yang sedang berinteraksi. Dalam terminologi Mead, gerak-isyarat yang maknanya diberi bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam interaksi adalah merupakan “satu bentuk simbol yang mempunyai arti penting” ( a significant symbol”). Kata-kata dan suara-lainnya, gerakan-gerakan fisik, bahasa tubuh (body langguage), baju, status, kesemuanya merupakan simbol yang bermakna.
b. Teori Identitas (Identity Theory)
Teori Indentitas dikemukakan oleh Sheldon Stryker (1980). Teori ini memusatkan perhatiannya pada hubungan saling mempengaruhi di antara individu dengan struktur sosial yang lebih besar lagi (masyarakat). Individu dan masyarakat dipandang sebagai dua sisi dari satu mata uang. Seseorang dibentuk oleh interaksi, namun struktur sosial membentuk interaksi. Dalam hal ini Stryker tampaknya setuju dengan perspektif struktural, khususnya teori peran. Namun dia juga memberi sedikit kritik terhadap teori peran yang menurutnya terlampau tidak peka terhadap kreativitas individu.

Kamis, 19 Mei 2011

Komunikasi Di Era Globalisasi

Sistem komunikasi
Dunia tengah mengalami sebuah era yang dinamakan era globalisasi. Era globalisasi menuntut setiap individu untuk aktif dalam segala hal. Dunia kesehatan sampai dengan dunia pendidikan megalami kemajuan yang super pesat. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi akan mendominasi era ini.
Proses gobalisasi (penduniaan) yang bergerak berlandaskan pada liberalisme fundamental itu telah memengaruhi seluruh aspek kehidupan di hampir semua lapisan masyarakat dunia, baik pada masyarakat di negara-negara maju maupun berkembang. Proses globalisasi ini mencakup lintas bangsa yang di dukung oleh berkembangnya ideologi kapitalisme yang mampu mengalahkan ideologi komunisme dan sosialisme, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (terutama teknologi informasi dan komunikasi), serta berkembangnya ekonomi liberal yang menghasilkan terciptanya pasar bebas. Pada pembahasan berikut ini, akan dibahas dampak globalisasi dalam bidang ekonomi, sosial budaya dan politik, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pada awalnnya, komunikasi terjadi dan hanya bisa dilakukan secara langsung saja yaitu berhadapannya antara satu subjek dengan subjek lain, adapun media yang dipakai pada zaman ini masih berupa subjek atau orang. Hal ini dikarenakan belum terdapatnya alat atau media yang digunakan. Setelah perkembangan yang terjadi sejak sekian lama, banyak sekali perubahan-perubahan dalam hal komunikasi. Ditemukannya alat atau media yang digunakan dalam proses komunikasi merupakan salah satu diantara perubahan besar tersebut.
Diera Globalisasi yang sekarang ini marak diperbincangkan orang, komunikasi merupakan satu diantara beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya era Globalisasi. Hal ini bisa terjadi karena pasatnya perkembangan komunikasi itu sendiri. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa komunikasi merupakan “penemuan yang revolusioner” di era globalisasi. hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti ditemukannya radio, televisi, telepon, satelit dan jaringan komuter seiring dengan industiralisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia.

Di era globalisasi, teknologi informasi berperan sangat penting. Dengan menguasai teknologi dan informasi, kita memiliki modal yang cukup untuk menjadi pemenang dalam persaingan global. Di era globalisasi, tidak menguasai teknologi informasi identik dengan buta huruf.

Teknologi Informasi (TI) dan multimedia telah memungkinkan diwujudkannya pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, yang melibatkan siswa secara aktif. Kemampuan TI dan multimedia dalam menyampaikan pesan dinilai sangat besar. Dalam bidang pendidikan, TI dan multimedia telah mengubah paradigma penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik. Computer Assisted Instruction (CAI) bukan saja dapat membantu guru dalam mengajar, melainkan sudah dapat bersifat stand alone dalam memfasilitasi proses belajar.

Penekanan penting akan memaksimumkan sumber daya manusia di semua sektor, berarti kita akan membutuhkan sistem komunikasi yang sangat efektif. Apabila kita merespons pada kebutuhan fokus awal seharusnya lebih berdasarkan penerimaan informasi daripada penyebaran informasi. Hal ini hampir memutarbalikan peran jika dibandingkan dengan peran komunikasi administrasi pendidikan yang dulu.

Perbedaan utama antara negara maju dan negara berkembang adalah kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di negara-negara maju karma didukung oleh sistem informasi yang mapan. Sebaliknya, sistem informasi yang lemah di negara-negara berkembang mengakibatkan keterbelakangan dalam penguasaan.ilmu pengetahuan.dani teknologi. Jadi jelaslah bahwa maju atau tidaknya suatu negara sangat di tentukan oleh penguasaan teirhadap informasi, karena informasi merupakan modal utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan.teknologi yang menjadi senjata pokok untuk membangun negara. Sehingga apabila satu negara ingin maju dan tetap eksis dalam persaingan global, maka negara tersebut harus menguasai informasi. Di era globalisasi dan informasi ini penguasaan terhadap informasi tidak cukup harnya sekedar menguasai, diperlukan kecepatan dan ketepatan.
Ledakan Teknologi Informasi dan Komunikasi telah membuka babak baru bagi masyarakat untuk memperoleh informasi secara otonom. Sekat-sekat informasi dengan sendirinya menghilang oleh inisiatif kuat individu yang ingin mengetahui lebih jauh apa yang terjadi sekitarnya. Setiap orang memiliki akses terhadap sumber informasi dimanapun di dunia ini. Konsekuensinya, masyarakat menjadi kritis dan tanggap terhadap hal yang berkembang.
Perkembangan dunia teknologi informasi yang demikian pesatnya telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Kegiatan komunikasi yang sebelumnya menuntut peralatan yang begitu rumit, kini relatif sudah digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem kerja alat teknologi telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan percepatan yang menakjubkan. Begitupun dengan telah ditemukannya formulasi-formulasi baru aneka kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia.
Bagi masyarakat sekarang, teknologi informasi dan komunikasi merupakan suatu religion. Pengembangannya dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja hal tersebut sebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Selain itu, hal tersebut juga diyakini akan memberi umat manusia kebahagiaan dan immortalitas. Sumbangan teknologi informasi dan komunikasi terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri.
Seperti yang kita ketahui bahwa di era serba modern seperti saat ini, peran teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari tentunya sangat berpengaruh. Hal ini tidak terlepas dari aktivitas kita yang kerap kali ditunjang dengan teknologi informasi itu sendiri yang mampu menjawab tuntutan pekerjaan yang lebih cepat, mudah, murah dan menghemat waktu.
Kemajuan teknologi menjadi jawaban dari kemajuan globalisasi yang kian menyelimuti dunia. Suatu kemajuan yang tentunya akan memberikan dampak bagi peradaban hidup pelajar. Tidak dapat dipungkiri, kini kita telah menjadi “budak” dari peradaban teknologi informasi itu sendiri. Bagaiman tidak, banyaknya pelajar yang sekaligus berperan sebagai pengguna teknologi informasi dan komunikasi, membuktikan bahwa kehidupan yang mereka lakoni tak pernah lepas dari peran teknologi informasi.

Rabu, 18 Mei 2011

creative writing

Biografi Rosihan Anwar

Anak keempat dari sepuluh bersaudara putra Anwar Maharaja Sutan, seorang demang di Padang, Sumatera Barat ini menyelesaikan sekolah rakyat (HIS) dan SMP (MULO) di Padang. Ia pun melanjutkan pendidikannya ke AMS di Yogyakarta. Dari sana Rosihan mengikuti berbagai workshop di dalam dan di luar negeri, termasuk di Yale University dan School of Journalism di Columbia University, New York, Amerika Serikat.

Rosihan telah hidup dalam 'multi-zaman'. Di masa perjuangan, dirinya pernah disekap oleh penjajah Belanda di Bukitduri, Jakarta Selatan. Kemudian di masa Presiden Soekarno koran miliknya, Pedoman pada 1961 ditutup oleh rezim saat itu. Namun di masa peralihan pemerintah Orde Baru, Rosihan mendapat anugerah sebagai wartawan sejak sebelum Revolusi Indonesia dengan mendapatkan anugerah Bintang Mahaputra III, bersama tokoh pers Jakob Oetama.

Sayangnya rezim Orde Baru ini pun menutup Pedoman pada tahun 1974-kurang dari setahun setelah Presiden Soeharto mengalungkan bintang itu di leher para penerimanya.
Rosihan memulai karier jurnalistiknya sebagai reporter Asia Raya di masa pendudukan Jepang tahun 1943 hingga menjadi pemimpin redaksi Siasat (1947-1957) dan Pedoman (1948-1961). Selama enam tahun, sejak 1968, ia menjabat Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Bersama Usmar Ismail, pada 1950 ia mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini). Dalam film pertamanya, Darah dan Doa, ia sekaligus menjadi figuran. Dilanjutkan sebagai produser film Terimalah Laguku. Sejak akhir 1981, aktivitasnya di film adalah mempromosikan film Indonesia di luar negeri dan tetap menjadi kritikus film sampai sekarang.
Pada tahun 2007, Rosihan Anwar dan Herawati Diah, yang ikut mendirikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Surakarta pada 1946 mendapat penghargaan 'Life Time Achievement' atau 'Prestasi Sepanjang Hayat' dari PWI Pusat. Rosihan menikah dengan Siti Zuraida Binti Moh. Sanawi pada tahun 1947 dan dikaruniai tiga anak.

1. Pendidikan
• HIS, Padang (1935)
• MULO, Padang (1939)
• AMS-A II, Yogyakarta (1942)
• Drama Workshop, Universitas Yale, AS (1950)
• School of Journalism, Columbia University New York, AS (1954)

2. Karier
• Reporter Asia Raya, (1943-1945)
• Redaktur harian Merdeka, (1945-1946)
• Pendiri/Pemred majalah Siasat (1947-1957)
• Pendiri/Pemred harian Pedoman, (1948-1961)
• Pendiri Perfini (1950)
• Kolumnis Business News, (1963 -- sekarang)
• Kolumnis Kompas, KAMI, AB (1966-1968)
• Koresponden harian The Age, Melbourne, harian Hindustan Times New Delhi, Kantor Berita World Forum Features, London, mingguan Asian, Hong Kong (1967-1971)
• Pemred harian Pedoman, (1968-1974)
• Koresponden The Straits, Singapura dan New Straits Times, Kuala Lumpur (1976-1985)
• Wartawan Freelance (1974 -- sekarang)
• Kolumnis Asiaweek, Hong Kong (1976 -- sekarang)
• Ketua Umum PWI Pusat (1970-1973)
• Ketua Pembina PWI Pusat (1973-1978)
• Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat (1983 -- sekarang)

3. Kegiatan Lain
• Wakil Ketua Dewan Film Nasional (1978 -- sekarang)
• Anggota Dewan Pimpinan Harian YTKI (1976 -- sekarang)
• Committee Member AMIC, Singapore (1973 -- sekarang)
• Dosen tidak tetap Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1983 -- sekarang)

4. Karya
• Ke Barat dari Rumah, 1952
• India dari Dekat, 1954
• Dapat Panggilan Nabi Ibrahim, 1959
• Islam dan Anda, 1962
• Raja Kecil (novel), 1967
• Ihwal Jurnalistik, 1974
• Kisah-kisah zaman Revolusi, 1975
• Profil Wartawan Indonesia, 1977
• Kisah-kisah Jakarta setelah Proklamasi, 1977
• Jakarta menjelang Clash ke-I, 1978
• Menulis Dalam Air, autobiografi, SH, 1983
• Musim Berganti, Grafitipers, 1985

5. Penghargaan
• Bintang Mahaputra III (1974)
• Anugerah Kesetiaan Berkarya sebagai Wartawan (2005)

Senin, 21 Maret 2011

Kelebihan dan Kekurangannya Sistem Komunikasi

Kelebihan dan Kekurangannya Sistem Komunikasi yaitu :

Media yang dihasilkan

massa sangat memiliki peranan penting dalam terjadinya suatu komunikasi massa dan perubahan budaya dalam masyarakat. Contohnya televisi diduga memiliki pengaruh yang kuat terhadap kehidupan manusia. Tetapi pengaruhnya tersebut bias bersifat negative ataupun positf bergantung pada pengelolaannya. Kehadiran televisi didalam kehidupan masyarakat luas ini dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap sistem komunikasi yang sedang berlaku di Indonesia, asalkan seiring dengan media massa dan media lainnya dalam menjalankan fiungsinya.Berbicara sistem komunikasi tidak berbeda dengan berbicara tentang system masyarakat Indonesia, tentang manusia Indonesia dalam mencerna sebuah informasi dalam proses komunikasi.
Pemerintahtidak memiliki sistem komunikasi untuk memberdayakan masyarakat yang seharusnya

ada sistem komunikasi nasional, sehingga dapatlah dibicarakan sub sistem media cetak dan siaran agar tidak tejadi tumpang tindih. sistem komunikasi yang ada di Indonesia, yang awalnya untuk memberikan
informasi dan wawasan kepada masyarakat menjadi alat mencari keuntungan oleh perusahaan pertelevisian.

Media elektronik dapat dikatakan sebagai sumber informasi yang utama bagi kita dan bahkan bagi seluruh orang yang ada di dunia ini. Dengan adanya media elektronik tersebut, kita dapat mengetahui informasi yang terjadi di sekeliling kita dan bahkan kita dapat mengetahui informasi yang terjadi di seluruh dunia.

Intinnya adalah sangat diperlukan yang namanya pembelajaran system komunikasi,karena apabila kita tidak dapat mengetahui apa yang namanya system komunikasi maka kita sangant tertinggal didalam media-media yang hamper semuanya bersumber dari system komunikasi. Untuk fungsi dan kegunaannya tergantung dari masing-masing orang yang menggunakannya. Apakah untuk menigkatkan hidupnya menjadi lebih baik atau menjerumuskan dirinya pada sebuah hidup yang lebih buruk lagi.

Rabu, 16 Maret 2011

Pengertian Tingkat Kecerdasan (Intelegensi),Word Smart (CREATIVE WRITING)

Menurut pemahaman saya Mengenai pokok pembelajaran dibawah ini yaitu :

Tingkat Kecerdasan (Intelegensi)

Kecerdasan merupakan kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah.Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas. Yang sering membingungkan ialah kenyataan adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan lebih sukses dari dari rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya.

Keberhasilan dalam menyesuaikan diri seseorang tergantung dari kemampuannya untuk berpikir dan belajar. Sejauhmana seseorang dapat belajar dari pengalaman-pengalamannya akan menentukan penyesuaian dirinya. Ungkapan-ungkapan pikiran, cara berbicara, dan cara mengajukan pertanyaan, kemampuan memecahkan masalah, dan sebagainya mencerminkan kecerdasan.Akan tetapi, diperlukan waktu lama untuk dapat menyimpulkan kecerdasan seseorang berdasarkan pengamatan perilakunya, dan cara demikian belum tentu tepat pula. Prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya (Inteligensi). Walaupun mereka memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan orang tuanya memberi kesempatan seluas-luasnya untuk meningkatkan prestasinya, tetapi kecerdasan mereka yang terbatas tidak memungkinkannya untuk mencapai keunggulan.
Oleh karena itu, kecerdasan yang bisa kita pahami tentang kecerdasan yang kita miliki tidak mudah. Cara untuk meningkatkanya serta mengembangkannya seharusnya didukung oleh kegiatan-kegiatan positif, seperti pengembangan kemampuan kecerdasan yang kita milki atau melakukan hal-hal yang kita senangi dimana dapat membantu proses kecerdasan kita agar selalu meningkat. Untuk menunjang semua keadaan tersebut dapat pula ditunjang oleh pengaruh pengaruh positif yang diberikan orang tua dan orang-orang yang berada disekitar kita.

Word Smart

Kecerdasan linguistik atau kecerdasan bahasa. Orang yang memiliki kecerdasan ini pandai mengolah kata-kata. Sebagian di antara mereka pandai berkata-kata (misalnya: presenter , pendongeng, mc, dsb). Sebagian lagi pandai menulis (misalnya: novelis, penulis buku, dsb). Tetapi cukup banyak juga yang menguasai keduanya.

Kita dapat menjumpai serta dapat mengenali orang-orang seperti ini disekitar kita ataupun lingkungan disekitarnya.Dan untuk mengenalinya, mungkin saya hanya bisa memberikan sedikit ciri-ciri yang dimiliki orang-orang yang mempunyai kemampuan Word Smart yaitu diantaranya,Suka membaca, gemar menulis (puisi, cerpen, novel, diary, dsb), suka mengisi TTS, pandai bercerita, lebih suka mendengar secara lisan , suka menghibur orang lain atau diri sendiri dengan serangkaian kata/kalimat, suka berintonasi dalam berkata-kata, punya banyak perbendaharaan kata, mudah menemukan kejanggalan bahasa dalam tulisan atau kata-kata orang lain, suka menghabiskan waktu di toko buku. Walaupun tidak semua seperti yang saya jelaskan, tetapi ini hanya gambaran secara umumnya.

Untuk pengembangannya ada cara-cara yang menurut saya dapat mendukung kecerdasan ini seperti,dengan membaca berbagai buku, majalah, dan litaratur lainnya. Ada baiknya membiasakan diri menulis sesuatu (pengalaman hidup sehari-hari atau basa disebut diary, atau apa pun yang didapat ketika membaca sesuatu, menonton film, dan yang lainnya). Dan pekerjaan yang mungkin cocok seperti, MC, pembawa acara, penyiar radio, guru, public relations, penulis, pelawak, dan dapat menjadi seorang politikus apabila dapat menarik minatnya.

Selasa, 15 Maret 2011

KONSEP PSIKOLOGI MANUSIA

Konsep Psikologis manusia

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa menjadi subyek dan obyek sekaligus. Menusia berfikir dan merenung, kemudian menjadikan dirinya sebagai obyek fikiran dan renungan.. Manusia sangat menarik di mata manusia itu sendiri. Terkadang manusia dipuja, tetapi di kala
yang lain ia dihujat. Scara internal manusia sering merasa bangga dan bahagia menjadi manusia, tetapi di mata orang lain atau di waktu yang lain, ia terkadang menyesali diri sendiri, menyesali keberadaannya sebagai manusia.

Ada manusia yang perilakunya berada di luar batas perikemanusiaan, tetapi ada juga manusia yang begitu tinggi tingkat kemanusiaannya sehingga ia disebut sebagai "manusia suci". Pada umumnya manusia tertarik untuk bertanya tentang dirinya ketika berada dalam puncak-puncak kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keberhasilan dan puncak kegagalan. Ada kesepakatan pandangan, bahwa betapapun manusia terdiri dari jiwa dan raga, tetapi penilaian tentang kualitas manusia terfokus pada jiwanya, terkadang disebut hatinya, karena hakikat manusia adalah jiwanya..
Psikologi lahir dari budaya sekuler, oleh karena itu Psikologi tidak mengenal Tuhan, dosa maupun baik buruk. Yang dikenal dalam Psikologi adalah sehat psikologis dan sakit psikologis. Meski demikian dewasa ini Psikologi Humanistik sudah mulai meraba-raba wilayah yang
sumbernya dari wahyu, yakni disamping membahas kecerdasan intelektual dan emosional, juga dibahas kecerdasan spiritual.

Faktor Personal
Faktor personal terdiri dari faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Sedangkan faktor situasional terdiri dari tujuh faktor
Faktor biologis menekankan pada pengaruh struktur biologis terhadap perilaku manusia. Pengaruh biologis ini dapat berupa instink atau motif biologis. Perilaku yang dipengaruhi instink disebut juga species characteristic behavior misalnya agresivitas, merawat anak dan lain-lain. Sedangkan yang bisa dikelompokkan dalam motif biologis adalah kebutuhan makan, minum dan lain-lainnya.
Faktor personal lainnya adalah faktor sosiopsikologis. Menurut pendekatan ini proses sosial seseorang akan membentuk beberapa karakter yang akhirnya mempengaruhi perilakunya. Karakter ini terdiri dari tiga komponen yaitu komponen afektif, kognitf dan komponen konatif.
Komponen afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Dalam komponen ini tercakup motif sosiogenesis, sikap dan emosi.
Komponen kognitif berkaitan dengan aspek intelektual yaitu apa yang diketahui manusia. Komponen kognitif terdiri dari faktor sosiopsikologis adalah kepercayaan, yaitu suatu keyakinan benar atau salah terhadap sesuatu atas dasar pengalaman intuisi atau sugesti otoritas.
Komponen konatif berkaitan dengan aspek kebiasaan dan kemauan bertindak. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang relative

Faktor-faktor Situsional
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor situasional. Menurut pendekatan ini, perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor-faktor situasional ini berupa
1.Faktor ekologis, misal kondisi alam atau iklim
2.Faktor rancangan dan arsitektural, misal penataan ruang
3.Faktor temporal, misal keadaan emosi
4.Suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara
5.Teknologi
6.Faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial individu
7.Lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya
8.Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku

Senin, 14 Maret 2011

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

DPR menaikkan nilai belanja dalam RAPBN 2011 menjadi Rp 1.229,5 triliun dari jumlah awal dalam Nota Keuangan 2011 yang sebesar Rp 1.202 triliun. Dari jumlah itu Rp 836,57 triliun untuk belanja pemerintah pusat, dan sisanya Rp 392,98 triliun untuk transfer ke daerah.Demikian disampaikan oleh Koordinator Panja Belanja RAPBN 2011 Mirwan Amir dalam rapat dengan Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (25/10/2010).
Mirwan mengatakan, anggaran belanja pegawai dialokasikan sebesar Rp 180,62 triliun untuk pencadangan remunerasi, kenaikan gaji PNS dan TNI/Polri, pemberian gaji dan pensiun ke -13. "Serta antisipasi penyediaan pegawai baru pemerintah pusat yang umlahnya 100 ribu orang untuk menggantikan yang pensiun," ujar Mirwan.
Lalu belanja barang di 2011 diberikan alokasi senilai Rp 132,422 triliun. Untuk menjaga kelancaran penyelenggaraan kegiatan operasional pemerintahan, pelayanan kepada masyarakat pemeliharan aset, dan upaya efisiensi kegiatan operasional pemerintah.Sementara alokasi belanja modal ditetapkan Rp 121,881 triliun. Untuk ketersediaan infratsurktur dasar, menjamin kelancaran distribusi barang dan jasa. Lalu meningkatkan kemampuan pertahanan, serta rehabilitasi rekonstruksi pasca bencana alam, dan peningkatan mitigasi serta adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
Dalam RAPBN 2011 pemerintah menetapkan jumlah subsidi non energi sebesar Rp 51,01 triliun. Terdiri dari subsidi pangan Rp 15,267 triliun, subsidi pupuk Rp 16,277 triliun, subsidi benih Rp 120 miliar, subsidi bantuan PSO Rp 1,877 triliun, subsidi bunga kredit Rp 2,618 triliun, dan subsidi pajak Rp 14,75 triliun.Anggaran pendidikan juga dinaikkan menjadi Rp 248,978 triliun, naik 20,25% dibandingkan dengan Nota Keuangan 2011 yang disampaikan Presiden SBY.Disediakan juga dana bantuan sosial Rp 60,956 triliun untuk program-program seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Program Keluarga Harapan (PKH), dan PNPM Mandiri. Dialokasikan juga dana cadangan risiko fiskal Rp 4,174 triliun.
Sementara itu, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan kenaikan belanja dalam APBN 2011 disebebabkan karena penerimaan dari pajak juga naik. Dengan asumsi rasio penerimaan pajak 2011 sebesar 12,1 persen dibandingkan dengan PDB membuat alokasi belanja dinaikkan. Dengan penerimaan yang dinaikkan sebesar Rp1.104 triliun. Yang diantaranya yakni berasal dari penerimaan perpajakan nonmigas sebesar Rp794,70 triliun, penerimaan dari sektor minyak dan gas sebesar Rp215,33 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) perikanan Rp150 miliar. Keempat, PNBP sumber daya alam kehutanan sebesar RP2,90 triliun. Ditambah lagi PNBP pertambangan umum Rp16,50 triliun, PNBP SDA pertambangan panas bumi sebesar Rp356,1 miliar dan penerimaan pemerintah atas laba BUMN Rp27,59 triliun. (OL-3) Artinya, lanjut Agus Marto, bahwa kampanye penghematan anggaran yang diintruksikan presiden pada APBN 2011, meskipun alokasi belanja tetap membengkak, tetap akan dilakukan. Namun, meksnismenya tidak langsung memotong ataupun menghapus alokasi belanja dalam APBN 2011, melainkan dengan penghematan masing-masing K/L dan pemerintah daerah. Sesuai dengan instruksi Presiden, penghematan akan dilakukan dimana para menteri dan pimpinan lembaga untuk mengerem belanja. Dan ini sudah kami sosilisasikan di jajaran pemerintahan,” ujarnya.(ST)

Selasa, 08 Maret 2011

komunikasi pembangunan

1. Komunikasi Pembangunan
Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan sangat erat. Kedudukan komunikasi dalam konteks pembangunan adalah “ as an integral part of development, and communication as a set of variables instrumental in bringing about development “ ( Roy dalam Jayaweera dan Anumagama, 1987).Siebert, Peterson dan Schramm (1956) menyatakan bahwa dalam mempelajari sistem komunikasi manusia, seseorang harus memperhatikan beberapa kepercayaan
dan asumsi dasar yang dianut suatu masyarakat tentang asal usul manusia,masyarakat dan negara.Strategi pembangunan menentukan strategi komunikasi, maka makna komunikasi pembangunan pun bergantung pada modal atau paradigma pembangunan yang dipilih oleh suatu negara.Peranan komunikasi pembangunan telah banyak dibicarakan oleh para ahli,pada umumnya mereka sepakat bahwa komunikasi mempunyai andil penting dalam pembangunan. Everett M. Rogers (1985) menyatakan bahwa, secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Pada bagian lain Rogers menyatakan bahwa komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial. Perubahan yang dikehendaki dalam pembangunan tentunya perubahan ke arah yang lebih baik atau lebih maju keadaan sebelumnya. Oleh karena itu peranan komunikasi dalam pembangunan harus dikaitkan dengan arah perubahan tersebut.Artinya kegiatan komunikasi harus mampu mengantisipasi gerak pembangunan.Dikatakan bahwa pembangunan adalah merupakan proses, yang penekanannya pada keselarasan antara aspek kemajuan lahiriah dan kepuasanbatiniah. Dalam hal ini tentunya fungsi komunikasi harus berada di garis depan untuk merubah sikap dan perilaku manusia Indonesia sebagai pemeran utamapembangunan, baik sebagai subjek maupun sebagai objek pembangunan.
Komunikasi pembangunan sebagai sebuah kajian terbagi menjadi tiga perspektif utama yaitu, sistem, institusi media dan pesan. Perspektif sistem sendiri memiliki tiga pendekatan paradigma yang berbeda, pertama adalah paradigma dominan atau liberal, kemudian paradigma dependensia atau kritis dan paradigma “tanpa paradigma” yaitu paradigma alternative.
Bahwa keberhasilan pembangunan suatu negara tidak akan tercapai tanpa bantuan atau ketergantungan pihak lain. Paradigma ini beranggapan bahwa negara yang masih dan sangat tergantung kepada negara penguasa (negara kaya/maju) akan berujung pada anti pembangunan atau tak akan pernah melahirkan pembangunan. Teori ini dapat dikatakan sebagai penentang dari hegemoni negara-negara maju. Paradigma “tanpa paradigma” yaitu paradigma yang menempatakan dirinya sebagai pengawas pembangunan, dan tidak berfokus pada interaksi anatar element dalam suatu sistem. Peran media dalam komunikasi pembangunan dapat dibagi menjadi tiga yaitu, memperkuat proses pembangunan, tidak berkaitan dengan proses pembangunan, memperlambat proses pembangunan, peran tersebut tergantung pada kondisi yang ada atau apa yang diharapkan oleh pemerintah. Institusi media dipandang sebagai sumber kekuatan utama dalam mengubah pikiran, sikap dan perilaku masyarakat.
SistemKomunikasiPembangunan

Dalam proses komunikasi pembangunan maka fungsi komunikasi adalah sebagai salah satu di antara sub sistem dalam sistem pengelolaan perubahan (Change Management System), yaitu :
Sub sistem organisasi (organizational sub system);
Sub sitem komunikasi (communication sub system);
Sub sistem tujuan perubahan (change target sub system).

Mekanismenya : organisasi sebagai bentuk ikatan dan subsistem merupakan input yang penting, komunikasi sebagai pengolah (processor)nya dan change target sub system sebagai outputnya. Bagaimana output sangat ditentukan oleh komunikasi sebagai prossercornya. Setiap komunikasi pembangunan menginginkan adanya perubahan nilai ataupun penggunaan suatu nilai lama untuk tujuan yang baru. Perubahan dalam nilai maupun dalam tujuan dengan sendirinya akan menginginkan perubahan sikap (attitude change) dari setiap anggota masyarakat. Salah atu syarat yang terpenting dari komunikasi pembangunan adalah bahwa motivasi penduduk harus diketahui untuk dimanfaatkan dan dikaitkan dengan idea pembangunan. Berdasarkan motivasi tersebut akan menentukan sikap yaitu predisposisi seseorang untuk menilai suatu lambang atau objek ataupun aspek hidupnya dalam nilai yang menguntungkan atau pun merugikan. Apabila penilaian ini diadakan secara tersusun maka akan terbentuklah sistem nilai. Melalui komunikasi sosial maka komunikator akan cepat mengetahui apa yang merupakan motivasi pokok dari komunikan (baik perseorangan maupun kelompok).Sesuai dengan motivasinya maka manusia akan membentuk sikapnya terhadap idea pembangunan pula dan memberi atau pun menolak pemberian partisipasinya. Pembentukan sikap merupakan hasil dari pengalaman, maka proses penerimaan sikap yang baru terjadi melalui proses belajar, yaitu mengadakan penyesuaian individu terhadap kelompok ataupun setelah melalui proses balajar memahami dalam jangka waktu yang panjang.

Komunikasi Pembangunan merupakan suatu kegiatan atau suatu proses yang menginginkan perubahan besar-besaran dalam sikap, mental dan tingkah laku manusia. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik berikut :

Teknik persuasi (persuasion technique
Teknik pengadaan situasi sedemikian rupa sehingga orang terpaksa secara tidak langsung mengubah sikapnya (compulsion technique)
Teknik dengan mengulang apa yang diharapkan akan masuk dalam bidang bawah sadar seseorang sehingga ia mengubah sikap diri sesuai dengan apa yang diulang (pervasion technique)
memaksa secara langsung pengadaan perubahan sikap, dengan dengan hukuman fisik ataupun materi (coersion technique)
Perubahan-perubahan dalam pembangunan menimbulkan impact communication pembangunan. Untuk mengubah mental, sikap ataupun tingkah laku seseorang tidaklah mudah.

Sintesis Komunikasi, Antropologi, Psikologi dan Sosiologi

Sintesis Komunikasi, Antropologi, Psikologi dan Sosiologi

Antropologi

Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.
William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Dengan, demikain antropologi merupakan hal yang mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan manusia.Dapat dilihat dari perkembang pada masa saat ini, yang merupakan salah dari fenomena- fenomena yang terjadi ditengah- tengah masyarakat sekarang ini.

Psikologi

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya. Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia dalam kurun waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi karena kerumitan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia. Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan anthropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial.

Sosiologi

Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya.[rujukan?] Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan cara bervariasi.[4] Misalnya seorang sosiologi mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya.[5] Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok di lingkugan masyarakat.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pergaulan hidup antara seseorang dengan seseorang, perseorangan dengan golongan atau golongan dengan golongan. Dengan demikian terdapat dua unsur pokok dalam sosiologi, yaitu manusia dan hubungan sosial (masyarakat). Terdapat berbagai pendapat tentang kedudukan individu dan masyarakat ini.Sosiologi sebagai ilmu sosial yang mempunyai fokus kajian mengenai tingkah laku manusia mempunyai bidang kajian yang sangat luas, antara lain bidang kajian Sosiologi Industri, Sosiologi Hukum, Sosiologi Pendidikan, Sosiologi Perkotaan, Sosiologi Pedesaan, Sosiologi Kesehatan, dan lain-lain.

Komunikasi

Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dipertukarkan tersebut. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling memengaruhi di antara keduanya.Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. pabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu.Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

Fungsi Film Pendidikan Dalam Kajian Ilmu Komunikasi

Sebagaimana sarana-sarana media komunikasi lainnya fungsi film pendidikan bagi kajian ilmu komunikasi tidak jauh beda, fungsinya adalah sebagai pemberi berita dan komunikasi yang efektif, dengan bentuknya yang variatif. Hanya saja apakah berita, atau komunikasi itu mempunyai aspek-aspek komunikasi, hal inilah yang pantas untuk dikemukakan bagi masyarakat
Etika komunikasi yang interdependensi antar pemilik berita dengan penerima berita atau konsumen televisi dalam kajian ini sangat diharapkan. Hubungan yang saling ketergantungan antara keduanya menciptakan harmonisasi suasana, bukan sebaliknya membuat rugi atau berang si penerima berita karena acara-acara gosip yang dilontarkan.
Berita-berita besar bisa jadi acara-acara spektakuler hasil penemuan dan karya baru seperti acara Guiness Book, hiburan kuis galileo, asah otak kuis siapa berani yang mengingatkan kita tentang pengetahuan komunikasi yang berkaitan dengan transformasi ilmu Seharusnya media televisi menjembatani sarana jarak jauh dalam bentuk tiga dimensi yang memuaskan bagi kebutuhan masyarakat untuk menerima berita-berita besar tanah air dan luar negeri. Motivasi yang membawa peran “Sender” ini membuat pemilik stasiun televisi swasta hati-hati dalam memberitakan kepada umat.
Tidak semata-semata nilai komersial akurasi data, manfa’at dan mudharatnya, biarkan modern dan post modern berlalu namun prinsip-prinsip komunikasi dasar antara sender dan receiver tetap terjaga. Jangan lagi kita disibukkan penampilan wjah luar yang tidak memiliki bentuk untuk menyuguhkan acara yang berguna. Kemajuan sebuah televisi bukan dilihat dari warna-warni pola siarannya, tetapi bagaimana media televisi tersebut bisa menjunjung tinggi budaya dan moral masyarakat.
Potensi Film Pendidikan Sebagai Media Pendidikan Budi Pekerti Dalam Kajian Ilmu Komunikasi
Televisi sebagai media massa, memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai media informasi (information), sabagai media pendidikan (education) dan sebagai media hiburan (entertainment). Sesuai dengan fungsinya televisi sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai media pendidikan, karena dalam berbagai hal televisi dapat memberikan rangsangan, membawa serta, memicu, membangkitkan, mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu, memberikan saran-saran, memberikan warna, mengajar, menghibur, memperkuat, menggiatkan, menyampaikan pengaruh dari orang lain, memperkenalkan berbagai identitas (ciri) sesuatu, memberikan contoh, proses internalisasi tingkah laku, berbagai bentuk partisipasi serta penyesuaian diri dan lain-lain (Brown, 1977 : 347). Selain itu media televisi juga merupakan wahana yang kuat sekali pengaruhnya dalam pembentukan pola fikir, sikap dan tingkah laku disamping menambah pengetahuan dan memperluas wawasan masyarakat ( Sri Hardjoko, 1994 : 4 ). Suprapti Widarto (1994 : 7) menambahkan bahwa: siaran televise memiliki daya penetrasi yang sangat kuat terhadap kehidupan manusia sehingga ia mampu merubah sikap, pendapat dan prilaku seseorang dalam rentang waktu yang relatif singkat. Dengan jangkauannya yang begitu luas, siaran televisi memiliki potensi yang luar biasa untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kepentingan pendidikan.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Fahmi Alatas (1994 : 3), dengan kekuatan pandang dengarnya, siaran televisi memiliki potensi penetratif untuk mempengaruhi sikap, pandangan, gaya hidup, orientasi dan motivasi masyarakat. Dari berbagai pendapat tersebut disimpulkan bahwa, televisi merupakan media yang sangat potensial sebagai sarana pendidikan, khususnya pendidikan budi pekerti. Karena tujuan pendidikan budi pekerti seiring /sejalan dengan tujuan pendidikan pada umumnya. Tujuan pendidikan kita adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Yang dimaksud manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, memiliki kepribadian yang mantab dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional).
Disamping itu, media televisi yang memiliki kemampuan menyajikan informasi dalam bentuk visual dan suara, dinilai sangat efektif untuk menyampaikan materi/ pesan-pesan pendidikan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang disampaikan Dwyer (1978:11) bahwa sebagaian besar materi pendidikan/pembelajaran (83%) diserap oleh peserta didik melalui indera penglihatan, 11% nya melalui indera pendengaran dan sisanya 6% melalui indera pengecapan, penciuman dan rabaan. Persoalannya adalah bagaimana mengemas tayangan program-program pendidikan budi pekerti melalui televisi menjadi sebuah tontonan yang menghibur sekaligus berisikan pesan-pesan/informasi yang pantas dan tidak pantas untuk ditiru oleh para pemirsanya. Membuat program yang demikian tentu dibutuhkan keterlibatan dari berbagai pihak serta ketelitian dan kejelian dalam mengangkat tema-tema aktual yang sedang ngetrend sekaligus menarik, kemudian dikaitkan dengan pesan-pesan pendidikan budi pekerti yang ingin disampaikan.

Kelemahan Film Pendidikan Sebagai Media Pendidikan Budi Pekerti Dan Cara Mengatasinya

Menurut Molenda Televisi adalah media yang bersifat searah, padahal dalam proses kegiatan pendidikan komunikasi sebaiknya dilakukan secara timbal balik (dua arah) antara peserta didik dengan sumber belajarnya. Hal ini dapat diatasi apabila dalam memanfaatkan program televisi peserta didik didampingi oleh seorang fasilitator atau seorang guru atau orang tua yang bisa menjadi tempat bertanya dan memberikan pengarahan-pengarahan dalam melakukan diskusi-diskusi tentang hal-hal yang pantas dan tidak pantas ditiru setelah peserta didik menyaksikan tayangan program, dan atau setelah siaran diadakan komunikasi secara aktif melalui telepon. Kelemahan yang lain biaya yang besar, untuk merancang dan mengembangkan program-program televisi pendidikan termasuk pengadaan pesawat televisinya. Kelemahan lainnya berupa gangguan cuaca yang kadang-kadang mengganggu kualitas tayangan program yang diterima oleh peserta didik. Sehubungan dengan dana (mahalnya program televisi) Perin (1977 : 7) berpendapat sebaliknya. Pemanfaatan televisi sebagai media pendidikan sebenarnya tidak mahal karena dalam waktu yang bersamaan program tersebut bisa dimanfaatkan oleh peserta didik dalam jumlah yang sangat besar dan dalam daerah jangkauan yang luas : “they are so available and so inexpensive (where) seeing the number of consumers is large” Mengingat kelebihan ini, dapat disimpulkan bahwa dari segi biaya, sebenarnya pemanfaatan televisi sebagai media pendidikan budi pekerti tidaklah mahal.

Senin, 07 Maret 2011

SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA

Sistem Komunikasi Indonesia Melalui Pendekatan Sosiologis

a. Tahapan Mistis
Pada tahapan ini manusia masih berada pada alam yang gaib. Segala sesuatu berhubungan dengan magis.
b. Tahapan Ontologis
Pada tahapan ini mulai masuknya pengetahuan sehingga sudah mulai berpikir secara logis dan masuk akal.Masyarakat mulai memanfaatkan alam untuk kepentingan bersama.
c. Tahap Fungsionalis
Pada tahapan ini masyarakat mulai lebih individualis menurut fungsi masing-masing dalam masyarakat.
d. Sifat Partikularistik
Menitikberatkan pada kebutuhan kelompok dalam skala kecil.

Kualitas perubahan masyarakat diwarnai tingkat berpikir individu-individu sebagai anggota masyarakat. Van Peursen melihat perubahan yang terjadi melalui pergeseran sikap dan pola pikir masyarakat ke dalam tahapan mistis, ontologis dan fungsionalisme.Pada tahap mistis kondisi individu masyarakat berada dalam alam abstrak (khayal), semua perilaku terikat oleh tabu, ritual dan sakral. Individu tidak mengetahui identitas pribadinya sehingga tidak dapat mengembangkan prestasi dan potensi yang ada pada dirinya.Pada tahap ontologis individu masyarakat mulai memanfaatkan alam untuk kepentingan bersama. Individu mulai berada di alam nyata, ia mulai mengenal identitas pribadinya dan timbul hasrat mengembangkan prestasi dan potensi yang ada pada dirinya. Dari ontologis bergeser ke fungsionalis. Pada tahap ini individu berada di alam nyata dan rasional, muncul ego pribadi dalam mengembangkan prestasi dan potensi dirinya.
Durkheim mengkualifikasikan masyarakat dari sisi karakteristiknya, yaitu solidaritas mekanis yang dialamatkan pada masyarakat yang sederhana dan bersifat homogen, dan solidaritas organis dialamatkan kepada masyarakat yang heterogen.Talcott Parsons lebih melihat dari sisi interaksi unsur-unsur perubahan, yaitu orientasi, pelaku, kegiatan dan lambang. Parsons membagi masyarakat ke dalam dua sifat: universalistik yang berorientasi ke skala luas dan partikulistik ialah yang berorientasi ke skala kecil.Corak kebudayaan akan membentuk corak pribadi individu, sehingga pada masyarakat majemuk atau kaya etnik budaya akan muncul corak kepribadian beragam. Seperti halnya Indonesia sebagai negara yang kaya akan etnik budaya, upaya mencapai fungsi primer negara sangat bergantung kepada integritas etnik budaya dalam sistem nilai yang berlaku.Pada tangga ini proses transformasi sistem nilai memegang peran utama. Karena itu komunikasi perlu ditata secara bijak berdasar suatu sistem komunikasi khas Indonesia yang berakar pada nilai-nilai budaya bangsa.


Memahami Sistem Komunikasi Indonesia Menlalui Pendekatan Filosofis

Pendekatan filosofis adalah untuk mendapat jawaban tentang hakikat manusia berkomunikasi, yaitu bagaimana seharusnya manusia berkomunikasi dalam lingkup alam semesta dan dalam lingkup berbangsa dan bernegara.Jawaban terhadap pertanyaan tersebut tidak hanya dalam kemasan filosofis yang bersifat abstrak dan spekulatif, akan tetapi harus dikonkritkan dalam sikap dan perilaku agar kemasan tersebut bermanfaat dan dapat dinikmati bagi kehidupan umat manusia.Konkritisasi tersebut hanya dapat dijumpai dalam terapan sistem, karena filsafat mencari hakikat kebenaran dan keadilan maka terapan komunikasi tidak meronta dari hakikat tersebut.Terapan ilmu komunikasi dalam tatanan sistem nilai di Indonesia merupakan tipe ideal bangsa Indonesia di dalam mencari jawaban bagaimana seharusnya berkomunikasi untuk mencapai hakikat kebenaran dan keadilan.Sistem komunikasi Indonesia menunjukkan pola keteraturan bagaimana manusia Indonesia berkomunikasi baik dalam suasana suprastruktur komunikasi maupun dalam suasana infrastuktur komunikasi. Pada kedua suasana ini terdapat komunikator-komunikator dan komunikan-komunikan yang pada hakikatnya sebagai manusia yang mempunyai angan-angan dan cita-cita menurut hakikat yang benar. Cita-cita dan angan-angan hakikat manusia yang selalu ingin menjalin hubungan antara satu dengan lainnya menurut kodratnya. Untuk lebih memperluas hubungan maka lahir produk berpikir manusia dalam wujud media


Memahami Akar Sistem Melalui Pendekatan Sejarah

Telusuran sejarah memberi gambaran bahwa sistem komunikasi pada masa kerajaan tertua di Indonesia menampakkan karakter tertutup. Arus komunikasi vertikal mengalir dari atas ke bawah yang berisi pesan-pesan komunikasi untuk membentuk sikap rakyat kerajaan mengkultuskan dan memithoskan raja. Proses komunikasi horizontal dalam masyarakat sebatas pemenuhan kebutuhan sehari-hari, kalaupun ada yang berkait dengan kehidupan pemerintahan hanya sebatas ketaatan terhadap raja dan kepatuhan melaksanakan dogma agama. (Hindu).Pada kerajaan Sriwijaya di Sumatera sebagai profil maritim, sistem komunikasi ditata secara teratur menurut sistem maritim. Kemasan Komunikasi mengalir melalui kota-kota pelabuhan.Sistem komunikasi kerajaan Sriwijaya menggunakan konsep keterbukaan (tradisi diplomasi) melalui jalinan komunikasi perdagangan. Diperkuat dengan pusat kegiatan agama Budha yang berlevel (tingkat) Global berada pada kerajaan ini.Selain profil maritim terdapat juga profil agraris sebagaimana kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa. Kerajaan Mataram sebagai salah satu profil agraris muncul dengan keteraturan birokrasinya. Sistem komunikasi tersusun rapi menurut jenjang birokrasi.
Sosok profil agraris yang lebih maju dari Mataram yaitu kerajaan Majapahit. Kerajaan ini termasuk kerajaan terbesar di Indonesia yang pada waktu itu memiliki luas hampir seluas Indonesia sekarang. Tatanan birokrasi lebih teratur dan lebih rinci. Dari susunan birokrasi, tampak bahwa sistem komunikasi kerajaan Majapahit lebih rapi dan alur komunikasi berlangsung menurut alur struktur birokrasi. Komunikasi dalam kehidupan masyarakat menampakkan sifat keterbukaan walaupun dalam batas-batas tertentu sesuai peraturan kerajaan.
Banyak konsep-konsep produk kerajaan Majapahit menjadi rujukan generasi saat ini, antara lain istilah Palapa A dan B bahkan C sebagai sistem satelit domestik yang diilhami oleh Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada. Kemudian buah pikir Mpu Tantular dengan Bhineka Tunggal Ika-nya menjadi seloka lambang negara kita.Sistem komunikasi yang lebih sempurna dari kerajaan-kerajaan sebelumnya terdapat pada sistem komunikasi kerajaan Mataram II. Dari susunan birokrasi ada sifat keterbukaan komunikasi yang menunjukkan bahwa Mataram II setelah masuk Islam muncul sebagai kerajaan yang lebih maju dari kerajaan-kerajaan sebelumnya.

1.Proses Komunikasi Dalam Alur Vertikal

Alur komunikasi vertikal merupakan tolak ukur untuk menemukan karakter komunikasi tentang konsep apa yang diterapkan dalam sistem komunikasi.Dalam alur vertikal-vertikal proses komunikasi tidak hanya mengalir dari atas ke bawah tapi juga mengalir dari bawah ke atas.
Alur komunikasi vertikal-vertikal menunjukkan keterkaitan antara suprastruktur komunikasi dengan infrastruktur komunikasi.Alur komunikasi vertikal mengalir dari komunikator utama yaitu Presiden sebagai kepala pemerintahan kepada komunikator pelaksana. Pelaksana program menurut susunan struktur pemerintah.Dalam setiap ornamen terjadi proses encoding sesuai lingkup tugas, wewenang dan jabatan.Pada alur vertikal yang berdasar asas dekonsentrasi, ketika alur komunikasi memasuki wilayah utama, berlangsung jalinan komunikasi fungsional.
Proses encoding diwujudkan melalui instrumen-instrumen proses, baik alur instrumen vertikal ke bawah maupun instrumen alur ke atas sehingga menghasilkan kebijakan-kebijakan komunikasi nasional.

2.Proses Komunikasi Dalam Alur Horizontal

Jalinan komunikasi horizontal dalam suprastruktur komunikasi menunjukkan sikap kekeluargaan sebagaimana ditetapkan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945Jalinan komunikasi antara lembaga Presiden dengan DPR merupakan duet harmonis di dalam membentuk undang-undang untuk melandasi sikap perilaku para penyelenggara Negara, penyelenggara pemerintahan sekaligus sikap perilaku masyarakat.Keharmonisan jalinan komunikasi kedua lembaga tersebut berarti kokohnya sendi-sendi kehidupan Negara sebagai replika sikap mental dan perilaku moral yang terintegrasi ke dalam ikatan-ikatan norma yang berlaku.DPR sebagai partner Presiden di dalam membentuk undang-undang mempunyai tiga dimensi utama yaitu: dimensi wakil rakyat, dimensi legislatif dan dimensi pengontrol/pengawas jalannya kekuasaan.Faktor-faktor yang mempengaruhi proses legislatif dikualifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu stimuli eksternal, setting psikologis dan komunikasi intrainstitusional.Jalinan komunikasi antara lembaga-lembaga otoritas menunjukkan sikap integratif yang mengarah kepada tercapainya tujuan sistem politik atau tujuan negara.

Sabtu, 26 Februari 2011

Creatif writing

Apa yang anda pikirkan ??

Bagaimana cara saya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, dengan baik dan benar ! Untuk itu, saya hanya bisa berusaha menyelesaikannya dengan kurun waktu yang singkat dan disertai dengan hasil yang memuaskan. Maka langkah utama yang dapat saya lakukan yaitu dengan membagi waktu saya sebaik-baiknya,sehingga dalam mengerjakan tugas yang diberikan tidak terlalu terburu-buru dan hasilnyapun memuaskan pastinya. Sedapat mungkin saya menenangkan pikiran dan berupaya untuk berada dalam keadaan santai dan nyaman, sehingga otak hanya berpikir dan fokus pada apa yang dipikirkan kemudian menyelesaikannya dengan baik dan hasil yang memuaskan. Inilah upaya yang dapat saya lakukan untuk mengerjakan tugas yang diberikan, kapanpun dan dimanapun saya berada......ok!!